Paus Fransiskus menyerukan pesan pertobatan ekologis dalam ensikliknya tahun 2015 yang lalu, “LAUDATO SI”. Semua ini berawal dari pertanyaan, “bumi seperti apa yang akan kita warisi kepada anak cucu kita?” Sebuah seruan yang aktual di tengah-tengah gempuran dahsyat konsumerisme, pembangunan yang tak terkendali, terjadinya kerusakan lingkungan, dan pemanasan global. Seruan ini membuktikan bahwa Gereja membuka diri bersama keluhan umat manusia sedunia untuk mengambil aksi global yang terpadu dan mencegah kondisi planet Bumi menuju kehancuran.
Sebagai wujud kesadaran untuk mendukung pola hidup dalam “pertobatan ekologis” ini, Paus Fransiskus tetap menjalankan kebiasaannya yang dibawanya semenjak dari masa kecil sampai sekarang pun ketika menjadi Paus. Hidupnya yang sederhana mampu memikat orang banyak, bahkan sebagai seorang Paus, ia masih memasak sendiri hidangan yang dimakannya, dan mengatakan bahwa membuang-buang makanan itu adalah dosa!
Tradisi keluarga Jorge Mario Bergoglio: Memasak dan Makan Bersama Dalam satu kisah yang ditulis oleh Andrea Tornielli dalam buku: Fransiskus Paus dari Dunia Baru, diceritakan bagaimana latar belakang migrasi keluarga besar Giovani Bergoglio, kakek Paus Fransiskus, dari Italia menuju Buenors Aires – Argentina. Kondisi yang jauh berbeda dari tanah leluhurnya ini tidak membuat keluarga Bergoglio kehilangan akar budaya dan kebiasaan mereka.
Paus Fransiskus sering mengenang saat-saat bersama ketika masih kecil dia berbagi makanan dalam keluarga besarnya bersama 4 saudara-saudarinya dan juga kedua orangtuanya. Ia ingat persis bagaimana saat itu harus berbagi waktu untuk belajar memasak bersama. “Ibu saya menjadi lumpuh setelah melahirkan anak yang terakhir, anak kelima. Walaupun seiring waktu ia akhirnya pulih kembali. Pada waktu itu, saat pulang dari sekolah, kami kerap menjumpainya sedang duduk mengupas kentang dan semua bahan masakan lainnya sudah diaturnya dengan baik. Ia mengatakan bagaimana kami harus meracik, mencampur, dan memasak bahan-bahan tersebut. Karena saat itu kami tidak memiliki gagasan apa pun tentang memasak. Sekarang… masukkan yang ini ke dalam panci, dan yang itu ke dalam wajan… demikian sangat jelas perintah dari ibu!” Dengan cara itulah kami belajar memasak.
Sebagai seorang Uskup, Kardinal Bergoglio hanya memiliki sedikit waktu untuk memasak. “Akan tetapi ketika saya tinggal di Collegio Massimo, karena hari Minggu juru masak tidak datang, saya memasak untuk murid-murid saya. Soal kualitasnya… Lumayan! Saya tidak pernah membunuh siapapun dengan makanan yang saya buat…” timpalnya dengan tersenyum. Revolusi Gaya Hidup dan Perjuangan Hidup Sehat Tidak mudah menemukan resep hidup sehat dan deretan menu sehat yang bisa saya tawarkan, tetapi berangkat dari pengalaman Paus Fransiskus yang memasuki usia 80 tahun dengan kondisi fisik yang sehat, bisa juga menjadi teladan yang baik.
Kita mesti berorientasi pada prinsip kesadaran, sikap hemat, dan disiplin diri, baik pada level personal dan komunal. Orang perlu mencegah diri agar tak mudah memeluk mentalitas konsumtif dan instant, dengan makan makanan yang tidak sehat seperti “junk food“, tetapi sadar penuh akan pilihan masakan dan ambil bagian dalam proses kesadaran memasak bagi keluarga dalam pola relasi yang sehat. Di sinilah kita juga penting menyadari adanya revolusi gaya hidup. MoWil.