Peziarahan meditasi terus menerus menuntun kita pada perjumpaan yang semakin mendalam dengan teologi utama dari doa. Meditasi itu sebuah disiplin. Jadi merupakan disiplin seorang murid yang membuka diri pada Gurunya. Waspada, hadir, dan hormat sewaktu kita berada bersama-Nya. Meditasi menjadikan kita hadir sepenuhnya saat ini, yaitu saat abadi dari Allah. Meditasi secara sederhana artinya penerimaan sepenuhnya kenyataan itu dalam disiplin, dengan kesetiaan, dan di dalam kasih. Jadi, apakah Anda bermeditasi sendiri di rumah atau dengan kelompok, Anda harus diam, masuk dalam keheningan.

Waktu Anda mulai bermeditasi semua jenis pertanyaan akan muncul dalam pikiran Anda. Apakah meditasi ini bermanfaat untuk saya? Apa maksudnya? Haruskah saya melakukan ini? Apakah yang saya dapatkan dari meditasi? dan seterusnya. Semua pertanyaan ini harus Anda tinggalkan. Anda harus mengabaikan semua pertanyaan ini, dan Anda harus bermeditasi secara sederhana seperti seorang anak kecil. “Aku berkata padamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat. 18: 3)

Jadi saran saya: ucapkan kata-doa Anda, dan biarkanlah anugerah diberikan oleh Allah. Jangan menuntut. Kita seharusnya bermeditasi tanpa tuntutan dan harapan, tetapi hanya berdasarkan kemurahan hati dari roh yang membuat kita bisa hadir bagi diri kita maupun Allah.

Meditasi sangat sederhana, janganlah dijadikan rumit. Bila Anda bermeditasi, seharusnya jadi makin sederhana, tidak menjadi semakin rumit. Seperti yang Anda ketahui bahwa di dalam kehidupan ini tidak ada yang benar-benar pantas untuk dimiliki tanpa adanya pengubahan diri.

Penyangkalan diri membawa kita pada sukacita. Dan meditasi adalah keberanian untuk mengalihkan perhatian keluar dari diri kita. Meditasi mengundang kita untuk mendewasakan kasih, merupakan cara hebat untuk pemurnian diri. Kita dimurnikan dari egoisme dan kepemilikan. Tujuannya agar kita bertumbuh dalam kesetiaan, berakhir dengan mengasihi Allah seperti apa adanya. Kita mengasihi-Nya bukan karena Ia memberi kita hadiah yang bagus, tetapi karena Ia adalah Allah. Kita mengasihi Allah karena Ia sendiri adalah kasih. Sebagian dari disiplin dalam mengucapkan mantra adalah untuk mengajarkan pada kita agar tinggal dalam kasih itu. (Sisca/Kom. Meditasi Kristiani – Sumber: The way of Unknowing, Frans Freeman Laurence)