BcE. Kel. 22 : 21 – 27; 1Tes. 1 : 5c – 10; Mat. 22 : 24 – 40.
Dalam Bacaan pertama dan Injil hari ini kita diingatkan tentang kasih/cinta yaitu kasih kepada Allah dan sesama.Kedua kasih itu tidak terpisahkan, tidak ada yang eksklusif. Kasih kepada Allah harus tampak dalam kasih kepada sesama.
Dalam Perjanjian Lama ditegaskan harus ada kasih kepada para janda, anak yatim, dan kaum miskin. Ditegaskan, bahwa orang yang tidak berbuat baik dan tidak mau menolong mereka akan dihukum. Yesus memberi penjelasan yang lebih luas dan menyeluruh: kasih kepada Allah tidak terpisahkan dari kasih kepada sesama. Yesus menegaskan, “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Sebenarnya kasih kepada Allah dansesama sudah ada sejak Perjanjian Lama. Namun ada kekhususan yang berasal dari Yesus, yaitu bahwa kedua perintah itu adalah sama! Pendorong atau motivasi kasih kita kepada sesama berasal atau bersumber dari kasih kita kepada Allah. Kasih kita kepada Allah harus dibuktikan dengan kasih kita kepada sesama. Jadi kasih kepada sesama merupakan tuntutan kasih sejati kita kepada Allah. Tidak ada kasih sejati kepada Allah, apabila melupakan kasih kepada sesama! Kasih kita kepada Allah akan sungguh menjadi asli atau otentik, apabila kasih itu kita laksanakan dengan mengasihi sesama.
Dengan menjadikan cinta kasih sebagai satu-satunya hukum, maka kita menjadikan cinta kasih sebagai norma, kriteria, dan ukuran dalam bertingkah laku. Oleh karena itu tingkah laku dan perbuatan kita hendaknya mencerminkan cinta kasih kepada Allah dan sesama. Dan cinta kasih itu mendapat bentuknya yang paling konkrit dalam pengorbanan yang kita berikan kepada Allah dan sesama.