Doa Meminta Pertolongan dan Pengajaran
- Ya Tuhan, dengarkanlah doaku,* perhatikanlah permohonanku. Demi kesetiaan-Mu jawablah aku,* kabulkanlah doaku demi keadilan-Mu.
- Janganlah mengajukan daku ke pengadilan-Mu,* karena tak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan-Mu.
- Sebab musuh mengejar aku,* dan mencampakkan nyawaku ke alam maut. Ia menjebloskan daku ke dalam kegelapan,* tiada bedanya aku dengan orang mati.
- Semangatku lemah lesu dalam batinku,* hatiku membeku dalam diriku.
- Maka teringatlah aku akan masa lampau,+ aku mengenangkan segala karya-Mu,* dan merenungkan perbuatan
- Aku menadahkan tanganku kepada-Mu,* aku haus akan Dikau bagaikan tanah yang tandus.
- Ya Tuhan, datanglah segera dan jawablah aku,* sebab habislah semangatku, ya Allah. Janganlah wajah-Mu Kaupalingkan daripadaku,* jangan sampai aku turun ke liang kubur.
- Semoga aku mengalami kasih setia-Mu di waktu fajar,* sebab kepada-Mu aku percaya. Tunjukkanlah jalan yang harus kutempuh,* sebab kepada-Mu kuarahkan hatiku.
- Bebaskanlah aku dari musuh, ya Tuhan,* sebab pada-Mu aku berteduh.
- Ajarlah aku melaksanakan kehendak-Mu,* sebab Engkaulah Allahku. Semoga kebaikan hati-Mu menuntun daku,* di jalan yang rata.
- Demi nama-Mu, ya Tuhan, hidupkanlah aku,* demi keadilan-Mu bebaskanlah aku dari musuh.
Dalam hidup ini kita mempunyai banyak kebutuhan. Kebutuhan jasmani, rohani, fisik, dan psikis. Dalam mazmur ini disebutkan dua kebutuhan hidup yaitu pertolongan dan pengajaran. Menurut pemazmur, kedua kebutuhan ini penting sehingga kita harus memintanya kepada Tuhan lewat doa.
“Doa meminta pertolongan dan pengajaran”. Itulah judul mazmur pendek ini (12 ayat . Untuk memahami dan
menikmatinya, saya membagi mazmur ini menjadi tiga bagian. Pertama, ayat 1-4. Kedua, ayat 5-8. Ketiga, ayat 9-12.
Pemazmur mengawali mazmur ini (bagian I) dengan permohonan kepada Tuhan agar Ia sudi mendengarkan/memperhatikan doa dan permohonannya. Itulah arti ungkapan “berilah telinga.” Tidak hanya mendengarkan dan memperhatikan saja, melainkan juga mengabulkan doa tersebut demi dua sifat Tuhan: kesetiaan dan keadilan-Nya (ay. 1).
Pemazmur yakin bahwa atas dasar kedua sifat tersebut Tuhan pasti menjawab doanya. Pemazmur meminta agar Tuhan tidak menghakimi dirinya dengan menggelar perkara dengannya, sebab dirinya bukanlah mitra seimbang di meja pengadilan. Sebagai manusia, pemazmur merasa tidak bisa membenarkan diri di hadapan Allah. Seluruh manusia memang tidak dapat membenarkan dan membela diri di hadapan Allah (ay. 2).
Pemazmur mendesak Tuhan agar mengabulkan doa dan permohonannya. Ia merasa dirinya dikejar musuh yang ingin menghancurkan hidupnya (“mencampakkan nyawa ke tanah”). Musuh ingin membunuh pemazmur (“menempatkan aku di dalam gelap”; kegelapan adalah lambang dunia orang mati. Terang adalah lambang kehidupan, keselamatan kekal) (ay. 3). Ini yang menyebabkan pemazmur merasa lemah dan tertegun seakan-akan tidak ada perspektif pengharapan (ay. 4).
Dalam kondisi cemas dan lesu seperti itu pemazmur teringat akan masa silam. Itulah bagian II. Ia terkenang akan semua hal yang dulu dilakukan Tuhan bagi umat-Nya (ay. 5). Kenangan itu menjadikan pemazmur merasa mempunyai landasan untuk berharap, bahwa kini pun Tuhan masih akan bertindak sebagaimana Dia dulu sudah perbuat. Maka dalam ayat 6, pemazmur menadahkan tangan kepada Tuhan.
Penadahan tangan bisa berarti: 1). Sebagai tanda memohon dan menyembah. 2). Sebagai tanda siap menerima anugerah Allah. Atas dasar tinjauan kilas balik ke masa silam, pemazmur yakin bahwa Tuhan mengabulkan permohonannya. Pemazmur pun merasa rindu akan Tuhan dan segala karya-Nya. Ia ibaratkan kerinduan itu dengan tanah kering yang merindukan air (ay. 6).
Dengan keyakinan dasar i tu, pemazmur seakan-akan mendesak Allah agar Ia menjawab doa permohonannya segera, tanpa menunda. Ia merasa bahwa semangatnya sudah habis, ia lelah kalau Tuhan masih menunda menjawab doanya. Jadi, pemazmur mengungkapkan harapannya (ay. 7a). Pemazmur berharap agar Tuhan tidak membuang muka dari padanya, sebab hal itu berarti jauh dari Tuhan, dan berarti kematian (ay. 7b).
Pemazmur meminta kepada Tuhan agar Ia “memperdengarkan” kasih-setia-Nya di waktu pagi. Alasannya: ia percaya akan Tuhan. Pemazmur memakai kata “perdengarkan,” bukan “perlihatkan”. Mungkin ia membayangkan kasih-setia Tuhan itu sebagai sebuah titah atau bahkan lagu yang bisa didengarkan (ay. 8a). Ia juga meminta agar Tuhan menunjukkan jalan yang harus ia lalui sebab ia sedang melakukan perjalanan ziarah kepada Tuhan dan hanya Tuhan sendiri yang tahu jalan kepada diri-Nya (ay. 8b).
Akhirnya saya bahas bagian III. Dalam ayat 9 pemazmur meminta agar Tuhan meluputkan dirinya dari musuh. Hanya Tuhanlah tempat perlindungannya (ay. 9). Pemazmur juga meminta agar Tuhan mengajarkan kehendak Nya, supaya ia bisa melakukan kehendak Tuhan (ay. 10a); agar Roh Tuhan menjadi penuntun hidupnya dalam
mengarungi kehidupan di dunia ini (ay. 10b); agar Tuhan sudi memberi dia kehidupan dan pembebasan dari kungkungan musuh yang membuat dia merasa terjepit. Pemazmur meminta hal ini demi keadilan Tuhan (ay. 11).
Setelah serangkaian permohonan untuk dirinya, di penghujung mazmur ini ia meminta Tuhan agar membinasakan musuhnya, melenyapkan orang yang mendatangkan kesesakan atas hidupnya. Ia berani memohonkan hal ini demi kasih-setia (hesed) Tuhan, dan karena ia yakin bahwa dirinya hamba Tuhan. Abepura, Akhir Juli 2017 – Penulis: Dosen Kitab Suci FF-UNPAR, Bandung.