Minggu Adven II
BcE. Yes. 40 : 1 – 5 . 9 – 11; 2 Ptr. 3 : 8 – 14 ; Mrk. 1 : 1 – 8
Siapa yang tidak kenal dengan Yohanes Pembaptis? Dia adalah seorang nabi besar pada zamannya. Yohanes Pembaptis diutus oleh Allah untuk mempersiapkan jalan bagi Putera-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Suatu tugas yang amat besar nan mulia.
Meskipun mendapat tugas yang demikian besar, Yohanes Pembaptis tetap rendah hati. Ia berusaha menjalani tugas tersebut dengan baik. Ia tidak menjadi sombong atau arogan. Yohanes Pembaptis sadar bahwa ia hanyalah seorang utusan; bukan Allah, bukan pula Putera Allah. Karena itu Yohanes Pembaptis berseru, “Sesudah Aku akan datang Ia yang lebih berkuasa daripadaku; membungkuk dan membuka tali kasutnya pun aku tidak layak.”
Pernyataan itu merupakan suatu ungkapan kerendahan hati dari seorang hamba. Dan Yohanes Pembaptis sadar betul akan hal itu. Dia tetap memposisikan dirinya sebagai pelayan dan bukan tuan.
Pada zaman sekarang, sulit bagi kita untuk menemukan pribadi seperti Yohanes Pembaptis. Setiap orang berlomba-lomba menjadi yang terdepan. Semua orang ingin menjadi tuan dan bukannya pelayan. Bahkan terkadang orang malu untuk mengakui keadaan dirinya yang sebenarnya demi gengsi dan sejuta alasan lainnya.
Berkaca dari pribadi Yohanes Pembaptis, mari kita belajar untuk bersikap rendah hati. Dalam masa Adven ini, mari kita belajar untuk mengakui kedosaan kita di hadapan Allah, agar kita menjadi pantas dan layak menyambut kedatangan Tuhan di dalam hati kita. Selamat merenungkan! (Carlos/ Sie Pewartaan)