Liturgi Ekaristi (Bagian 2)
Ritus Persiapan Persembahan (sambungan)
Saat perarakan persembahan oleh umat (petugas), putra altar – bila diperlukan – dapat menjadi pengiring sekaligus menjemput petugas persembahan. Sebagai pengiring petugas persembahan, putra altar tidak perlu membawa lilin menyala karena roti dan anggur yang diarak belumlah dikonsekrir (diberkati). Persembahan diterima oleh imam lalu diserahkan kepada putra altar yang mendampinginya. Nyanyian persiapan persembahan mengiringi ritus ini sampai imam siap untuk mengajak berdoa persiapan persembahan.
Ada empat tindakan khas dalam ritus persiapan persembahan yaitu: (1) pujian ketika mengunjukkan persembahan; (2) mencampur air dengan anggur; (3) mendupai dan (4) membasuh tangan. Empat tindakan tersebut terjadi kalau Misanya adalah Misa Agung atau meriah. Kalau Misa biasa, tindakan mendupai dapat ditiadakan.
Imam menyiapkan roti dan anggur di altar sambil mengucapkan rumus-rumus yang telah ditentukan. Sebelum anggur di dalam piala diunjukkan, setetes air dituangkan terlebih dahulu ke dalam anggur. Air melambangkan kemanusiaan kita yang diperkenankan melebur dalam keilahian yang dilambangkan dalam darah Kristus. Proporsi anggurnya lebih banyak, karena memang darah Kristus lebih berharga. Roti dan anggur diangkat imam secara bergantian, satu per satu sambil mengucapkan: “Terpujilah Engkau, Ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima roti/anggur yang kami siapkan ini…..” Tata cara ini meniru apa yang dilakukan Yesus sendiri, seperti yang secara tradisional dipraktekkan dalam ritual agama Yahudi.
Dalam Misa Agung atau meriah, imam dapat mendupai roti dan anggur yang telah disiapkan di atas altar, kemudian mendupai salib dan altarnya. Pendupaan ini melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadirat Allah seperti kepulan asap dupa yang membumbung ke atas. Kemudian imam serta umat pun didupai. Umat didupai karena martabat luhur yang diterima saat pembaptisan. Cara pendupaan untuk altar adalah dengan banyak ayunan; sedangkan pendupaan bagi roti dan anggur, imam, serta umat dilakukan dengan cara mendupai tiga kali, masing-masing dengan dua kali ayunan – ke depan dan ke belakang.
Persiapan persembahan diakhiri pembasuhan tangan imam. Kebiasaan kuno ini semula dilakukan demi kebersihan tangan imam setelah menerima bahan persembahan dari umat. Ritus ini sekarang melambangkan bahwa imam menghendaki dirinya pantas dengan berdoa: “…..bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan sucikanlah aku dari dosaku.”
Doa imam ini disebut secreta, karena didoakan dalam hati atau secara tak terdengar (bersambung – Andy/DPP St. Martinus; Sumber: C.H. Suryanugraha, OSC; Belajar Misa, Memetik Makna; Kanisius, Yogyakarta, 2014 & Lakukanlah Ini – Sekitar Misa Kita; SangKris, Bandung, 2003)