“Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukarpenukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.” (Yohanes 2:13-15).
Rasanya nggak ada satupun umat Kristen Katolik yang nggak familiar dengan penggalan ayat ini. Pribadi Yesus yang nggak pernah marah, seakan lenyap pas banyak orang berdagang di Bait Allah. Kenapa demikian? Kalau gitu, gimana nasib mamang batagor atau cimol yang berjualan di sekitaran gereja kita di hari Minggu? Haruskah kita mengusir mereka dan membalikkan gerobakgerobak mereka? Menurut permenungan dan pemahaman saya sih enggak. Kenapa??
Dalam konteks sejarah Yahudi, hari raya Paskah diperingati sebagai hari di mana bangsa Israel dikawal” Tuhan Allah sendiri keluar dari tanah Mesir. Mesir adalah “simbol” dosa dalam Perjanjian Lama, pembebasan dari Mesir dirayakan dengan makan daging anak domba. Penebusan dosa dilambangkan dengan kurban hewan. Semakin gede hewannya, semakin gede pula kurban silih atas dosanya.
Nah, di bait Allah saat itu, para pedagang hewan menjual dagangannya dengan harga menggila, nggak masuk akal. Mereka ingin ngambil untung dengan memanfaatkan hari Paskah. Mereka bilang Kalo nggak beli hewan dari Bait Allah, para imam pun nggak akan mau mempersembahkan kurban buat dosa kalian!” Nggak cuman hewan kurban aja, bahkan uang buat persembahan pun harus dibeli dari mereka. Pedagang-pedagang hewan dan penukar uang ini bersekongkol dengan para imamimam kepala di Bait Allah untuk ngambil untung. Inilah penyebab utama Yesus marah dan bersabda “Rumah Bapa-Ku adalah rumah doa, bukan sarang penyamun.”
Keliatan dong bedanya dengan mamang penjual batagor, cimol, atau cendol di sekitaran gereja kita. Mereka mencari nafkah tanpa berniat mengganggu ibadah kita sebagai umat Katolik. Seandainya Yesus masih ada sampai sekarang nih, Dia pun pasti akan menyapa dan berbagi dengan para pedagang itu. Berbagi rejeki dengan sesama yang membutuhkan adalah perbuatan kasih, bila dilakukan secara bijak.
Perlu diingat: membeli makanan dari para penjaja makanan ini akan menjadi salah apabila kita lakukan sambil mengikuti Misa Kudus dan “menunggu Komuni”. Merayakan Misa Kudus dan menyambut komuni perlu kesiapan fisik, batin, dan pikiran yang menyeluruh, nggak bisa setengah-setengah. Ntar malah jadi dosa. Kalo mau menikmati batagor, cimol atau cendol?? Sepulang merayakan misa ya silakan saja. (Adrian Dimas/OMK St. Martinus)