Renungan 4 February 2018 – Hari Minggu Biasa V
BcE. Ayb. 7: 1 – 4. 6 – 7; 1Kor. 9 : 16 – 19. 22 – 23; Mat. 1: 29 – 39
Menjadi murid Yesus berarti hidup mengikuti jejak Yesus. Salah satu tugas Yesus adalah mewartakan Injil, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” (Mrk. 1: 38). Oleh karena itu, mewartakan Injil merupakan konsekuensi atau panggilan hidup yang melekat dalam diri setiap murid Yesus. Seperti yang sudah dilakukan oleh Santo Paulus, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor. 9: 16b).
Mewartakan Injil atau membawa kabar sukacita, selain dapat dilakukan dengan khotbah atau dalam bentuk pengajaran, juga dapat dilakukan dengan memberi kesaksian atau tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang juga dilakukan oleh Yesus, “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan” (Mrk. 1: 34).
Tujuan dari pewartaan Injil adalah supaya semakin banyak orang yang menaruh kepercayaannya kepada Yesus. Maka, pewartaan Injil perlu disertai dengan sikap rendah hati. Mengenai hal ini Santo Paulus memberi teladan kepada kita, “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang” (1Kor. 9: 19).
Pertanyaan refleksi bagi kita: bagaimana tutur kata dan perbuatanku sehari-hari, apakah sungguh mencerminkan pewartaan Injil? Apakah ucapan dan perbuatanku, mendatangkan suka cita bagi orang lain? (Tarcisius Endang D./Bidang Pewartaan)