Nyanyian Syukur Raja
1 Terpujilah Tuhan, pelindungku,* yang mengajar tanganku bertempur dan lenganku berperang.
2 Dialah pengasih dan pembelaku,* Dialah benteng dan pembebasku. Dialah panglimaku, pada-Nya aku berharap,* Dialah yang menundukkan para bangsa kepadaku.
3 Ya Tuhan, apakah manusia, sehingga Kauperhatikan,* siapakah dia, sehingga Kaupelihara?
4 Manusia sesungguhnya angin belaka,* hari hidupnya laksana bayang berlalu.
5 Ya Tuhan, bungkukkanlah langit-Mu dan turunlah,* sentuhlah gunung-gemunung, sehingga berasap.
6 Lontarkanlah kilat-Mu dan cerai-beraikanlah musuh,* lepaskanlah panah-Mu dan kacau-balaukan mereka.
7 Ulurkanlah tangan-Mu dari surga,+ tariklah dan lepaskan daku dari banjir,* dan dari tangan orang asing.
8 Mereka membualkan fitnah dan dusta,* dan mengangkat tangan untuk bersumpah palsu.
9 Ya Allah, aku hendak melagukan nyanyian baru bagi-Mu,* dan bermazmur bagi-Mu dengan iringan kecapi.
10 Sebab Engkaulah yang memberikan kemenangan kepada raja-Mu,* Engkaulah yang membebaskan Daud, hamba-Mu.
11 Luputkanlah aku dari pedang orang jahat, lepaskanlah aku dari tangan orang asing. Mereka membualkan fitnah dan dusta,* dan mengangkat tangan untuk bersumpah palsu.
12 Semoga para pemuda kita diberkati,* tumbuh gagah bagaikan pohon pada masa mudanya. Semoga para pemudi kita langsing bagaikan tiang berukir,* bagaikan tiang hiasan istana.
13 Semoga lumbung kita penuh,* berlimpahkan hasil bumi beraneka ragam. Semoga domba kita berkembang biak beribu-ribu,+ bahkan berjuta-juta di padang kita,*
14 semoga ternak kita segar dan makmur semuanya. Semoga tiada serbuan, tiada pula pembuangan,* semoga tiada ratap tangis di kampung halaman kita.
15 Berbahagialah bangsa yang demikian adanya,* berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah Tuhan.
Seluruh hidup manusia seharusnya merupakan untaian ucapan syukur, eucharistia, kepada Tuhan atas anugerah rahmat dan kasih karunia-Nya kepada kita. Yang paling mendasar ialah rahmat kehidupan. Tuhanlah yang memberi, apa menyelenggarakan, dan menjamin hidup kita.
Maka, sudah layak dan sepantasnya kita bersyukur kepada Tuhan, Sang Sumber dan Pengasal kehidupan. Dalam mazmur ini kita menemukan sebuah “Nyanyian Syukur raja” karena semua pengalaman rahmat dalam hidupnya. Itulah juga yang menjadi judul mazmur ini. Mazmur ini cukup panjang, yaitu 15 ayat. Berdasarkan dinami k a tek s , s a y a membagi dan mengupasnya dalam beberapa bagian. Pertama, meliputi ayat 1-4. Kedua, meliputi ayat 5-8. Ketiga, meliputi ay 9-11. Keempat, meliputi ay 12-15.
Dalam bagian I , pemazmur melambungkan pujian kepada Tuhan, benteng kokoh hidupnya. Tuhan ia alami sebagai mentor dalam hal peperangan. Kemahiran berperang dikaitkan dengan rahmat yang berasal dari Tuhan (ay. 1). Tuhan, Sang Mentor itulah yang dialaminya sebagai tempat perlindungan dan benteng pertahanan. Kata-kata sinonim dipakai untuk mengungkapkan pengalaman Tuhan sebagai pelindung (kota benteng, perisai, tempat berlindung). Tuhan, Sang Pelindung itulah yang sumber keselamatan (ay. 2).
Dalam ayat 3 muncul sebuah orangpertanyaan reflektif-retoris yang mencoba merenungkan keluhuran martabat manusia, menggemakan kembali apa yang sudah ada dalam Mazmur 8:5 (bdk. Ayb 7:17-18). Dalam pertanyaan retoris itu terkandung rasa heran pemazmur atas perhatian yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sebab sesungguhnya manusia itu bukan siapa-siapa dan bukan apamenyelenggarakan, apa. Manusia itu hanya laksana angin dan bayang-bayang berlalu (ay. 4).
Dalam bagian II, pemazmur mengarahkan pandangannya ke angkasa. Ia meminta Tuhan agar sudi turun ke bumi dan menyentuh permukaan gunung sehingga gunung itu bersukaria menyambut Tuhan yang datang (ay. 5). Tuhan sebagai panglima perang perkasa di angkasa diminta memuntahkan panahnya sehingga bisa menghancurkan musuh di bumi ini (ay. 6). Pemazmur meminta agar Tuhan sudi turun dan campur tangan, membebaskan pemazmur dari musuh yang diibaratkannya dengan banjir bandang (ay. 7). Mereka adalah para penipu. Mulutnya penuh kebohongan. Perbuatannya pun mengandung dusta di atas dusta (ay. 8).
Dalam bagian III, pemazmur menyatakan keinginannya untuk melambungkan nyanyian baru bagi Tuhan, yang diiringinya dengan beberapa alat musik (gambus sepuluh tali) (ay. 9). Itu karena ia mengalami bahwa Tuhanlah Sang Pembebas yang memberi kemenangan kepada Raja dan membebaskan Daud dari para musuhnya (ay. 10). Maka, di akhir bagian ini, pemazmur meminta kepada Tuhan agar Ia membebaskan dirinya dari ancaman para musuh dan orangpertanyaan orang asing. Mereka adalah kaum yang sangat berbahaya. Mulut mereka penuh dengan kebohongan, perbuatan tangan kanan mereka juga tidak layak untuk dipercayai karena mengandung dusta (ay. 11). Kalau hal itu terjadi, maka akan tercipta suatu kondisi aman sentosa dan damai sejahtera. Kondisi yang memungkinkan dia mengharapkan agar anak-anak mereka (terutama yang laki-laki, sebagai andalan keturunan, masa depan, dan tenaga berperang) bisa bertumbuh laksana tanaman dan pohon subur (ay. 12a). Ia juga mengharapkan bahwa anak-anak perempuan mereka akan bertumbuh menjadi cantik.
Kecantikan mereka diibaratkan dengan tiang berukir yang menjadi hiasan istana-istana para raja (ay. 12b). Yang didambakan tidak hanya kesejahteraan jasmani manusia. Melainkan juga ketahanan dan kedaulatan pangan yang cukup. Diungkapkan dengan gudang-gudang yang penuh dengan pelbagai barang (ay. 13a).
Juga hewan peliharaan (ternak, secara khusus disebut kambing) diharapkan bisa bertumbuh subur dan berkembang biak dengan baik sehingga menjadi sangat banyak jumlahnya di padang penggembalaan (ay. 13b). Juga sapi-sapi yang ia harapkan bertambah banyak, gemuk, dan sehat. Apabila tiba musim kawin, tidak ada yang keguguran dan tidak ada juga yang terluka di padang penggembalaan (ay. 14). Jika semuanya itu terjadi, pemazmur yakin bahwa itu adalah penyelenggaraan kasih setia Tuhan kepada mereka. Pemazmur beranggapan bahwa orang yang mengalami untaian pengalaman seperti itu adalah orang yang berbahagia. Mereka menjadi berbahagia karena Allah mereka ialah Tuhan (ay. 15). Penulis: Dosen Kitab Suci FF-UNPAR, Bandung.