Renungan 28 January 2018 – Hari Minggu Biasa IV
BcE. Ul. 18: 15 – 20 ; 1Kor. 7: 32 – 35 ; Mrk. 1: 21 – 28
Pepatah lama yang mengatakan, “Tak kenal, maka tak sayang,” setidaknya memberi makna kepada kita bahwa yang menjadi dasar/fondasi dalam membangun sebuah relasi adalah pengenalan terhadap orang lain. Hal tersebut berlaku juga bila kita hendak membangun relasi yang baik dengan Allah. Dalam bacaan pertama (Ul. 18: 15 – 20), nabi Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa Allah menghendaki agar bangsa Israel tidak berlaku seperti bangsa-bangsa yang daerahnya mereka taklukkan. Allah menghendaki agar bangsa Israel senantiasa mendengarkan firman-Nya melalui nabi yang diutus-Nya.
Konsekuensinya: barang siapa yang tidak mendengarkan firman Allah yang disampaikan oleh nabi, maka ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Sedangkan jika seorang nabi memanipulasi perintah Allah, maka nabi tersebut harus mati. Inilah persyaratan yang harus dipatuhi oleh bangsa Israel, jika mereka ingin selamat. Melalui cara seperti inilah, Allah memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel. Dalam bacaan Injil (Mrk. 1: 21 – 28), banyak orang dibuat takjub akan pengajaran dan karya Yesus. Di sana, Yesus mengajar dengan penuh kuasa. Buktinya: roh jahat pun takluk dan dibuat-Nya tidak berdaya. Ini juga merupakan salah satu cara Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Dalam dan melalui Yesus, Allah ingin memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang penuh wibawa dan kuasa, termasuk terhadap segala kekuatan jahat.
Pertanyaan untuk kita renungkan adalah: sejauh mana kita dapat mengenal Allah dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat membangun relasi yang akrab dengan-Nya? Mari kita mulai melakukannya sehingga pengenalan kita akan Allah, menghantar kita untuk semakin beriman kepada-Nya. (Carlos/Bidang Pewartaan).