Sebagai seorang warga negara yang baik, Fulgensius rela mengabdikan dirinya bagi kepent ingan bangsa dan tanah airnya. Ia menjadi seorang pegawai pemerintah di kota Kartago pada dinas perpajakan.
Pekerjaan ini menjemukan dan kerap menimbulkan pergolakan bat in yang luar biasa. Dalam keadaan ini, ketentraman batin merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Buku komentar Mazmur-mazmur dari St. Agustinus sungguh membantu Fulgensius dalam usahanya memperoleh kedamaian batin. Buku komentar ini jugalah yang membimbing Fulgensius ke gerbang hidup membiara sebagai seorang rahib yang saleh dan setia.
Kedamaian batinnya di dalam biara tiba-tiba digoncangkan oleh serangan kaum Arian. Seorang imam Arian menyuruh orang-orang Numidia menyiksa dan menyesah Fulgensius. Uskup Arius, yang kuatir akan pembalasan Fulgensius, mengusulkan agar imam itu juga disiksa. Tetapi Fulgensius, yang mengetahui rencana Uskup Arius itu mengatakan, “Kita orang Kristen tidak boleh membalas dendam kepada siapa saja yang memperlakukan kita semena-mena. Biarlah Tuhan yang bertindak atas orang itu. Tuhan lebih mengetahui cara yang tepat untuk membetulkan apa y ang s a l ah pada hamba-hamba-Nya.
Oleh karena itu, biarkanlah Tuhan yang bertindak atas orang itu. Jikalau saya menyakiti imam itu, tentu saja saya akan kehilangan pahala yang disediakan Tuhan bagiku. Selain itu, tentu saja hal itu akan menjadi batu sandungan bagi umatku.”
Karena tantangan-tantangan yang dihadapinya di Mesir, ia pergi ke Roma. Ketika terjadi penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di Roma, ia kembali lagi ke Afrika. Di sana ia diangkat menjadi Uskup kota Ruspua.
Rupanya sudah nasibnya bahwa di mana pun dia berada, kesulitan dan tantangan selalu mendampinginya. Kaum bidaah Arian terus saja mengejarnya. Bersama dengan Uskup Ortodoks, ia di buang ke pulau Sardinia. Di tempat itu, ia menulis banyak buku pembelaan iman.
Setelah Arius – pengajar aliran sesat itu- meninggal dunia pada tahun 336, ia kembali ke keuskupannya dan menjalankan tugas seperti biasa. Pada hari-hari terakhir hidupnya, ia menyepi seorang diri di sebuah pulau hingga wafatnya pada tahun 533. Sumber tulisan:
www.imankatolik.or.id/kalender/3Jan.html