Ketika masih kanak – kanak, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras. Ia biasa membantu ayahnya menggembalakan ternak–ternak mereka di padang. Pada usia 8 tahun, ia masuk sekolah atas izin ayahnya.
Kemudian ia mengikuti pendidikan imam di seminari menengah. Yohanes, seorang calon imam yang sederhana tetapi saleh, pandai, dan senantiasa riang.
Terdorong oleh keinginannya untuk menjadi rasul Kristus di tempat lain, ia masuk Kongregasi Misi Santo Vincentius, yang lazim disebut orang Tarekat Lazaris. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam di Paris. Imam muda ini disenangi dan dikagumi banyak orang terutama rekan–rekannya sebiara. Kepandaian dan kebijaksanaannya dalam berkarya membuat dia diserahi berbagai jabatan penting di tanah airnya, kendati pun usianya masih tergolong muda.
Atas permintaannya sendiri, ia diutus sebagai misionaris di negeri Tiongkok pada tahun 1830. Pada masa itu, Tiongkok masih sangat tertutup pada dunia luar. Dengan demikian, kepergiannya ke sana membawa bahaya tersendiri. Ia harus melayani umat yang ada di sana dalam situasi selalu terancam bahaya dan bermacam- macam kesulitan.
Yohanes tidak takut akan semua bahaya itu. Ia yakin bahwa Tuhan akan senantiasa menolong dia dalam karyanya. Ia, tanpa takut, melayani umat Kristen yang ada di negeri itu dengan memberi mereka pengajaran agama dan pelayanan sakramen- sakramen secara sembunyi – sembunyi. Rasa haus, udara yang dingin, dan keletihan tidak dihi raukannya demi pelayanan umat.
Karyanya yang penuh bahaya itu didasari oleh kekuatan batin melalui doa-doa dan matiraganya. Imam muda ini akhirnya mengalami nasib yang sama seperti Kristus Tuhan yang dilayaninya. Seperti Kristus, Yohanes dijual oleh seorang pengkhianat dengan 30 keping perak. Setelah menderita sengsara setahun lamanya, ia mati di atas tiang gantungan yang dibuat berbentuk salib, pada hari Jumat pertama di bulan September 1840, tepat pukul 3 siang. Kesucian hidupnya dibalas Tuhan dengan berbagai mukzijat dan karunia yang luar biasa kepada setiap orang yang berdoa dengan meminta perantaraannya. Pada tahun 1889, ia dinyatakan sebagai seorang Beato oleh Sri Paus Leo XIII.