Asma adalah peradangan kronis pada saluran napas, gejalanya bervariasi dan berulang. Saluran nafas mengalami peradangan dan penyempitan, akibatnya timbul sesak atau sulit bernapas. Gejala lainnya seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi.
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa menghilang ketika remaja dan muncul kembali saat dewasa. Namun gejala asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-kanak,
akan cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.
Ada beberapa hal yang kerap memicu terjadinya asma: Infeksi paru-paru dan saluran napas bagian atas seperti flu; alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga); paparan zat di udara: asap kimia, asap rokok, dan polusi udara; kondisi cuaca: dingin, berangin, panas yang didukung kualitas udara yang buruk, lembap, dan perubahan suhu yang drastis; kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu; stres; emosi yang berlebihan (kesedihan berlarut-larut, marah berlebihan, dan tertawa terbahak-bahak); aktivitas fisik (misalnya olahraga); obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada penderita gangguan jantung atau hipertensi); makanan atau minuman yang mengandung sulfit, misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, dan wine; alergi makanan (misalnya kacang-kacangan); penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung kembali naik ke kerongkongan sehingga mengiritasi saluran cerna bagian atas.
Saluran pernapasan penderita asma lebih sensitif. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, otot-otot saluran pernapasannya akan menjadi kaku dan menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan bernapas makin sulit dilakukan. Sangat penting mengenali dengan persis, apa yang jadi pemicu penyakit asma Anda, sehingga sedapat mungkin dihindari.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit asma, di antaranya: memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma (keturunan); alergi atopik (kondisi yang berkaitan dengan alergi, misalnya alergi makanan dan eksim); mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil; lahir dengan berat badan kurang dari 2 kilogram; kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator; terpapar asap rokok saat masih kecil (Ibu yang merokok saat hamil, meningkatkan risiko anak untuk menderita asma).
Pengobatan asma bertujuan meredakan gejala dan mencegah kambuhnya penyakit. Jika gejala asma muncul, obat yang umum direkomendasikan adalah inhaler pereda. Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk (perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka penderita harus segera dibawa ke RS. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa membahayakan nyawa. (Cynthia/Red. dari berbagai sumber)