Ketika kita menyatakan diri sebagai seorang Katolik, tentu ada kepribadian kekatolikan yang kita hayati dalam hidup. Saat mengaku sebagai orang Katolik, secara pengetahuan kita dapat mengatakan bahwa diri kita mengenal Allah. Kita menyadari adanya panggilan menjadi sempurna, seperti Bapa yang adalah sempurna. Bapa memberikan kita contoh yang sempurna, dengan mengutus Putra-Nya ke dunia, yaitu Yesus.
Seorang Katolik sudah seharusnya berupaya untuk menyatukan nilai-nilai kristiani ke dalam kepribadiannya. Secara psikologi dikatakan kepribadian adalah interaksi antara real self (diri yang nyata) dan ideal self (diri yang diharapkan). Maka, perbedaan atau jarak yang besar antara real self dan ideal self dapat membuat orang stres, memiliki gambaran yang buruk terhadap dirinya karena diri yang nyata tidak mampu menjadi seperti standar yang diharapkan. Standar yang kita miliki biasanya diwarnai dengan pandangan dari orang lain (orang tua, teman, guru, dan orang sekitar) dengan segala tuntutan dan harapan mereka.
Maka, sebagai pribadi Katolik, Ideal self kita harus menjadi Christian-self, yakni menyerupai Yesus Kristus. Sulit? Pasti! Bukankah kehidupan orang-orang kudus juga tidak mudah, padaha l per i l a ku hidup mereka sudah sangat sesuai dengan ajaran Allah. Satu hal yang perlu kita yakini sebagai orang Katolik adalah bahwa Yesus datang ke dunia, menjadi manusia, untuk melaksanakan kehendak Bapa. Inilah yang Ia lakukan sampai wafat-Nya di salib. Kita pun dipanggil demikian, dipanggil untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup kita.
Dalam membentuk pribadi yang Katolik, setiap individu tidak berusaha sendirian saja. Saat anak dilahirkan dalam keluarga Katolik, orang tua punya kewajiban – sebagai konsekuensi dari sakramen pernikahan – untuk mendidik anak mereka secara Katolik. Maka, sangat jelas bahwa keluarga adalah pusat pembentukan iman.
Anak memahami tentang berdoa, karena adanya pembiasaan dari keluarganya. Anak mengenal Tuhan dan Allah tentu berawal dari keluarga juga. Keluarga juga tidak berusaha sendiri saja. Gereja berusaha memfasilitasi orang tua dan keluarga untuk membuat anak mengimani Kristus dan semakin mengenal Allah.
Banyak kegiatan yang disediakan gereja yang tentunya mengarahkan umatnya untuk semakin mengenal Tuhan dan Allah. Kegiatan yang diadakan diusahakan untuk terus melayani semua jenjang umur. Jadi, kerjasama keluarga dengan gereja tentunya akan mengarahkan individu untuk semakin menyerupai pribadi Katolik yang sesungguhnya, yakni menyerupai Kristus.