Ada teks liturgi yang sifatnya tetap atau selalu dipakai dalam Perayaan Ekaristi (kecuali Ekaristi harian). Yang termasuk dalam kategori ini adalah Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan, Aku Percaya/Credo, Bapa Kami, dan Anak Domba Allah. Semua kita sebut Ordinarium. Sementara Kudus, termasuk nyanyian aklamasi.
Sifat Tuhan Kasihanilah Kami (TKK) ialah berseru kepada Tuhan, memohon belas kasihan-Nya. Maka, TKK biasanya dilagukan oleh seluruh umat, artinya: silih-berganti oleh umat dan paduan suara atau solis. Berhubung dengan bahasa setempat, dengan lagu ataupun sifat pesta, Tuhan Kasihanilah Kami itu boleh diulang-ulang lebih banyak. (bdk.PUMR 52).
Jika didahului dengan pernyataan tobat (Saya mengaku…), TKK praktis dinyanyikan utuh. Tapi bila dibawakan sebagai pernyataan tobat, TKK dinyanyikan “terpotong-potong,” didahului dengan ayat yang sesuai. Inilah perlunya berkoordinasi dengan Imam yang bertugas, untuk mengetahui, type pernyataan tobat seperti apa yang akan digunakan.
Lewat Madah Kemuliaan, Gereja yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anak Domba Allah, serta memohon belaskasihan-Nya. Ada 3 bagian utama dalam Madah Kemuliaan: bagian awal, merupakan kutipan kidung para Malaikat (Luk. 2: 14) ditujukan kepada Allah Bapa, “Kemuliaan kepada Allah di surga dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.”
Pujian kedua yang bermakna ganda (pujian dan permohonan) ditujukan kepada Allah Putera, Kristus, Sang Raja. Dia yang patut disembah, dipuji, dan dimuliakan karena karya penebusan-Nya. Dalam pujian kepada Yesus, diselipkan permohonan: kasihanilah kami, kabulkanlah doa kami.
Madah Kemuliaan kemudian ditutup dengan penyebutan Allah Roh Kudus. Pujian kepada Allah Bapa dan Putra hanya bisa berlangsung di dalam Roh Kudus. Teks madah ini, tidak boleh diganti dengan teks lain. Kemuliaan dibuka oleh Imam, atau (lebih cocok) oleh solis/koor, dilanjutkan bersama-sama seluruh umat/bersahut-sahutan oleh umat dan koor/hanya oleh koor. Kalau tidak dilagukan, Kemuliaan dilafalkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh dua kelompok umat bersahut-sahutan.
Kemuliaan hanya dinyanyikan atau diucapkan pada hari raya dan pesta, pada perayaan meriah, dan pada hari Minggu di luarMasa Adven dan Prapaskah. (bdk. PUMR 53) Bagaimana dengan aneka type Kemuliaan lain seperti yang biasa kita dengar? Merujuk pada ketentuan PUMR ini, sebaiknya memang tidak digunakan lagi.
Jadi, Madah Kemuliaan seharusnya diawali dengan, “Kemuliaan kepada Allah di Surga”, bukan Pujilah Tuhan…! (Margaretha/St. Kristiana – Sumber: Pedoman Umum Misale Romawi, diterjemahkan oleh Komisi Liturgi dari Institutio Generalis Missalis Romawi, Penerbit Nusa Indah, 2002; Katolisitas.org)