Minggu Biasa ke 28 – Minggu, 14 Oktober 2018
BcE. Keb. 7: 7–11; Ibr. 4: 12–13; Mrk. 10: 17-30
Siapakah di antara kita yang tidak membutuhkan harta duniawi selama hidup di dunia ini? Semua manusia pasti membutuhkannya. Buktinya? Banyak orang yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan materialnya. Ada yang nekad melakukan tindakan kejahatan agar memperoleh harta duniawi. Bahkan ada yang rela “menjual tubuhnya” demi harta duniawi.
Sungguh edan..!! Berkaitan dengan harta duniawi ini, bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengajak kita untuk merenungkan kembali bagaimana kita dapat bersikap bijaksana dalam mengelola harta duniawi dalam kehidupan ini. Salomo dalam bacaan pertama (Keb. 7: 7–11) mengingatkan kita bahwa “segala emas duniawi hanyalah pasir belaka. Segala perak hanyalah lumpur belaka”. Bagi Salamo, kebijaksanaan yang datang dari Allah jauh lebih berharga daripada “tongkat kerajaan dan tahta kekuasaan duniawi”. Bahkan Salomo lebih mencintai kebijaksanaan yang berasal dari Allah, daripada kesehatan dan keelokan rupanya.
Dalam bacaan Injil (Mrk. 10: 17–30), Yesus dengan tegas mengingatkan para pendengarnya akan bahaya dari kekayaan duniawi. Kekayaan duniawi bisa membuat manusia lupa diri akan tujuan hidup yang sebenarnya, yakni bersatu dengan Dia, Sang Pencipta. Bagi Yesus, sikap bijaksana dalam mengelola harta duniawi menjadi hal yang utama. Tanpa kebijaksanaan, maka harta duniawi bisa menyesatkan manusia. Yang perlu kita ingat bahwa: harta duniawi hanyalah sarana/alat bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya di dunia ini. Perziarahan hidup manusia, pada akhirnya harus bermuara pada keselamatan, yang berarti perjumpaan dengan Allah, Sang Pencipta manusia. Jika harta benda (yang hanyalah sarana) justru tidak menghantar manusia pada keselamatan, maka baiknya kita perlu untuk merenungkannya kembali.