Bagi sebagian orang, ketiak menjadi bagian tubuh yang sensitif. Tidak jarang ada bau yang tidak sedap bersumber dari keringat di sela-sela bulu yang ada. Bagi sebagian besar wanita, bulu ketiak seringkali harus dirapikan dan dibersihkan. Alasannya tidak lain karena “merusak estetika”.
Pada dasarnya bulu ketiak memiliki fungsi sebagai bentuk pertahanan dari tubuh, yaitu pertahanan dari cuaca dingin, melindungi penguapan, maupun perlindungan dari zat racun yang akan masuk dari luar tubuh. Bulu ketiak juga berfungsi untuk melindungi organ vital yang berada di dekatnya, yaitu payudara. Selain sebagai bentuk pertahanan, bulu ketiak juga merupakan simbol dari perjalanan panjang evolusi manusia.
Bulu ketiak tumbuh sejak manusia beranjak dari anak-anak dan melalui masa pubertas, kemudian berakhir saat masa remaja berakhir. Karena tumbuh dan berkembangnya pada area yang berbentuk lipatan, maka kecenderungan yang terjadi adalah memiliki kelembaban yang lebih jika dibandingkan dengan area lainnya. Sekret dari kelenjar apokrin ketiak, juga dapat menimbulkan bakteri pada lokasi lipatan ini, yang pada akhirnya menimbulkan aroma yang khas dan tidak jarang menimbulkan bau yang tidak sedap.
Manfaat dari bulu ketiak sebenarnya lebih mengarah pada fungsi reproduksi. Pada hewan mamalia, feromon (hormon reproduksi) berfungsi untuk menarik lawan jenis untuk mendekat. Feromon ini kurang berperan pada manusia. Kelenjar apokrin pada ketiaklah yang dipercaya berfungsi sebagai ‘feromon’ yang menarik calon pasangan.
Kelenjar apokrin dan kelembaban pada ketiak menyebabkan bau yang menandakan bahwa Anda sudah sampai pada tahap siap untuk berreproduksi. Hal yang sejalan dengan fakta bahwa bau badan umumnya terjadi pada masa remaja. Berdasarkan penelitian, setiap manusia memiliki bau ketiak yang berbeda, yang memberikan identitas unik bagi setiap manusia. Jadi masihkah kita harus membersihkan bulu ketiak? Atau cukup sebatas merapikan saja? (Rollin/Sie Kesehatan)