Bersyukurlah kepada Tuhan sebab kekal abadi kasih setia-Nya! Demikianlah kita sering mendengar ajakan untuk mensyukuri hidup dalam segala perkara dan dinamikanya. Semuanya itu nyata dan terasa dalam kehidupan sehari-hari kita apa pun yang kita lakukan atau kerjakan entah di mana pun kita berada – baik di rumah maupun di jalan atau di tempat kerja – bahkan juga ketika bermain ataupun sedang berwisata ria. Dalam kesemuanya itu “kepercayaan seseorang akan adanya Penyelenggara kehidupan dunia dan alam semesta ini” mempengaruhi keseluruhannya.
Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi ketika “tidak ada kepercayaan apa pun terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan ini”, sehingga semuanya dianggap kebetulan semata – belaka. Ketiadaan kepercayaan itu membuat orang hidup dalam kehampaan – kekosongan dan kesendirian yang sunyi. Jika demikian lalu orang tidak bisa menemukan atau mengalami kegembiraan nyata dalam kesehariannya. Seandainya terjadi kegembiraan, itu akan sangat terkait dengan apa yang disebut kesenangan sesaat – bukan kegembiraan. Sebentar senang sampai lupa realitas dan sebentar kemudian tidak sadar entah di mana dan sedang apa?
Atau orang “sangat percaya pada dirinya sendiri dan tidak ada yang lain yang perlu dipercayai selain dirinya”, lalu ia hidup menurut ukurannya sendiri sesuai dengan selera dan pilihannya sendiri pula. Tidak ada yang boleh mengatur alur kehidupannya selain dirinya sendiri – ia punya alur hidupnya sendiri! Bahkan ketika berterima kasih ia pun berterima kasih kepada dirinya sendiri…
Jika ada hal-hal demikian di manakah kita sekarang? “Aku percaya akan Allah …, Bapa yang maha kuasa – pencipta langit dan bumi”, demikian rumusan iman kita kepada Allah yang setiap Misa Minggu kita ulang dan ulang. Apakah ada rasa yang terasa ketika kita mendaraskan perkataan “percaya” itu? Apakah ada maksud nyata ketika mengucapkannya, sehingga pengucapan itu menghadirkan daya – kuasa positif seperti ketika kita mengatakan kepada rekan kerja “saya percaya”?
Mungkin Anda pernah mendengar kata/istilah “basic trust” yang pengertiannya kurang lebih adalah kepercayaan dasar. Kalau ada kepercayaan dasar terhadap seseorang atau sesuatu maka segala perkara dapat dikerjakan – ditanggung – diselesaikan dan tidak ada hal tidak mungkin dituntaskan. “Basic trust” membuat orang merasa ada daya-kuasa yang kuat dalam menjalani apa saja. Hal itu menjadikan orang siap menghadapi segala tantangan dan kesulitan karena ia tahu kepada siapa ia mempercayakan hidupnya.
Kepercayaan dasar itu memampukan orang menyanggupi banyak hal yang dihindari kebanyakan orang dan selalu menemukan kekuatan dan alternatif jalan keselamatan. Tidak ada jalan buntu karena memang tidak buntu. Kepercayaan akan kasih setia Tuhan menjadi basis utama kehidupan sehari-hari orang beriman. (rmsis)