Membuka bulan September, bulan Kitab Suci, Gereja di Indonesia merayakan Hari Minggu Kitab Suci Nasional. Selama sebulan ini, kita diajak untuk semakin mendekat dan akrab dengan kitab pegangan kehidupan kita. Di gereja kita, Minggu Kitab Suci Nasional ini ditandai dengan perarakan Kitab Suci pada awal perayaan Ekaristi pukul 08.00 dan 10.00.
Rm. Siswa dalam Perayaan Ekaristi pukul 08.00 mengatakan Kitab Suci saat ini semakin tidak dijadikan referensi. Kitab Suci hanya dijadikan sekedar pembenaran (diri), pelajaran dan bukan sebagai ilmu hidup. Sebagai ganti peran Kitab Suci, tampillah Smart Phone yang memang sengaja dibuat oleh begitu banyak designer agar kita terpesona. Begitu mempesonanya, sehingga seringkali kita “mencari gangguan” dengan membuka Smart Phone. Celakanya, orang tidak merasa terganggu dengan cara tersebut. Romo mengingatkan, bahwa kita memiliki Kitab Suci, ilmu hidup kita, yang membawa kita ke kehidupan yang sejati.
Tantangannya adalah smartphone yang akan menjadikan hidup kita kacau, kalau tidak ada keseimbangan. Mari kembali ke yang pokok dalam hidup, bukan habis waktu dengan hal-hal yang tidak jelas dan menjadikan kita kehilangan orientasi.
Senada dengan Rm. Siswa, Rm. Willy dalam Perayaan Ekaristi pukul 10.00, mengatakan lewat Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN), Gereja Katolik di Indonesia ingin mendekatkan umat dengan Kitab Suci, dengan Sabda Allah. Romo Willy mengajak kita untuk menjadi pelaku firman dan hidup dalam Sabda Allah, artinya hidup dalam kasih yang mengantar hidup manusia kepada keselamatan.
Beliau mengingatkan agar kita tidak beraksi sebagai polisi spiritual dan menghakimi sesama kita atau menilai sesuatu dengan takaran kita. Karena tugas manusia bukanlah menghakimi, tetapi mengasihi. Marilah kita membaca Kitab Suci dengan tekun, menghidupkannya dalam hati kita, dan membagikannya dalam hidup sehari-hari. (Cynthia/Red.)