Menulis tentang formalisme dan ritualisme hidup, mengingatkan penulis akan kisah hidup teman sekaligus rekan bisnis di masa lalu. Beliau adalah sosok yang berhasil dalam bidangnya dan terus berupaya mengembangkan perusahaannya menjadi lebih besar dan lebih besar lagi.
Pada suatu waktu dia mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk memacu usahanya menjadi lebih sukses berlipat-lipat dibanding sebelumnya. Akan tetapi banyak hal yang harus dikorbankan, baik itu dari segi finansial maupun waktu dengan keluarga dan beribadat.
Nahas! Kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu mulai memburuk dan terus menurun menuju resesi. Proyek-proyek banyak yang terhambat bahkan terhenti sama sekali. Dia terkena dampaknya dan parah. Menanggung perasaan bersalah dalam melangkah sehingga menderita depresi yang berat, terlebih lagi merasa tidak mendapatkan jalan keluar. Dia memutuskan bunuh diri!
Akan tetapi, karena kasih Tuhan semata melalui keluarganya, usaha bunuh diri itu pun gagal. Saat ini saya sering melihat beliau aktif dalam kegiatan menggereja dan bahagia menjalani kehidupan. Anak anaknya tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan sukses dalam melanjutkan usaha bapaknya di bidang lain, mulai dari nol (bahkan minus). Apakah hikmah bagi kita di balik kisah hidup beliau?
Setiap hari sepanjang hidup, kita masing-masing diberi waktu yang sama yaitu 24 jam. Menghirup karunia yang luar biasa dari Tuhan yaitu udara. Anugerah yang berharga dari surga, yang bisa dimiliki oleh semua makhluk hidup, gratis tanpa kecuali! Dan bersama dengan itu, Tuhan juga memberi kita tanggung jawab untuk mengelola waktu dan kasih karunia yang telah diberikan-Nya. Itulah salah satu makna “menghitung hari”.
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan dalam hidup kita, baik itu positif maupun negatif. Kita dapat menyia-nyiakannya dengan menjalaninya seperti biasa, atau menginvestasikan untuk sesuatu yang berharga, sesuatu yang akan bertahan melampaui masa hidup kita.
Sebuah tujuan akan menggerakkan kita. Tanpa tujuan yang jelas, orang akan menjalaninya secara asal-asalan. Apa yang kita lakukan dengan hidup kita? Apakah tujuan kita menjalani hidup? Kalau saat ini kita belum memiliki tujuan yang jelas, kita dapat mencoba menyusunnya agar nyata, berguna, dan realistis. Tentu saja pastikan, kita menyertakan rencana Tuhan dalam rencana hidup kita.
Memaknai pengelolaan waktu secara bijak sesuai kehendak-Nya adalah penghormatan dan penghargaan pada Allah Bapa, Sang Pemberi Kehidupan.
Petikan lagu Ajar Kami Tuhan Menghitung Hari-hari berdasarkan Mazmur 90:12 ada baiknya kita dendangkan sesekali: Ajar kami Tuhan menghitung hari-hari agar kami beroleh hati bijaksana; Ajar kami Bapa hidup dalam jalan-Mu agar semua rencana- Mu digenapi; Mulialah nama-Mu Tuhan dan ajaib jalan-Mu; Pimpin kami di setiap waktu; Besar setia-Mu Tuhan; Agunglah karya-Mu; Yesus kami bersyukur pada-Mu. Libatkanlah Allah dalam pekerjaan yang kita lakukan, kuatlah dampaknya! (ig:Paulus W. Prananta/St. Laurensia)