Hampir pasti kita semua sepakat bahwa setiap orang harus memiliki tabungan. Bahkan kita juga pasti sepakat bahwa sejak kecil, kita diajarkan oleh orang tua kita untuk menyisihkan sebagian dari uang jajan kita untuk ditabung. Tujuan setiap orang menabung adalah untuk mempersiapkan masa depan diri dan keluarganya. Namun coba kita perhatikan lagi, apakah perbedaan tabungan saat kita masih kecil dengan tabungan saat kini kita telah dewasa dan berkeluarga?
Saat kita masih kecil, kita menabung dari uang jajan yang diberikan oleh kedua orang tua kita. Bukan dari penghasilan kita sendiri. Saat kita sakit, orang tua tetap memberikan uang kepada kita untuk ditabung. Singkatnya, saat masih kecil, tabungan kita tidak terpengaruh dengan risiko apa pun yang kita alami. Kita bisa terus menabung karena ada orang tua kita yang selalu menyediakan uang untuk ditabung. Namun sekarang, jika kita seorang kepala keluarga sekaligus pencari nafkah tunggal, kita harus membiaya hidup sehari-hari istri dan anak-anak kita. Sementara kita juga harus menyisihkan sebagian dari penghasilan bulanan kita untuk ditabung. Mari bayangkan ketika kita sudah menabung sekian tahun untuk masa depan anak-anak kita, tiba-tiba kita harus menghadapi salah satu resiko hidup yakni terkena penyakit kanker.
Di dalam situasi itu, kita menghadapi beberapa masalah:
- Apakah tabungan kita saat ini cukup untuk mengobati penyakit kanker?
- Apakah kita masih mampu bekerja dengan kondisi mengidap penyakit kanker?
- Bagaimana dengan biaya hidup sehari-hari keluarga kita?
- Bagaimana dengan tabungan masa depan anak-anak kita?
Sudahkah kita benar-benar memiliki tabungan untuk melindungi diri kita dan keluarga kita dari resiko? (Reners/St. Alexandra)