Minggu Biasa ke – 32
Minggu, 11 November 2018
BcE. 1Raj. 17: 10-16; Ibr. 9: 24-28; Mrk. 12: 38-44
Kahlil Gibran, seorang penyair dari Libanon pernah mengatakan: “Engkau memberi cuma sedikit kalau engkau memberi dari apa yang kau miliki. Hanya kalau engkau memberi dirimu sendiri barulah engkau sungguh-sungguh memberi.” Pernyataan ini mempunyai arti bahwa nilai dari sebuah pemberian tidak tergantung dari jumlahnya, melainkan dari pengorbanan yang ada di dalamnya.
Bagi Yesus, aspek pengorbanan dari pemberi jauh lebih penting dari jumlah yang diberikan. Hal ini terungkap dalam bacaan Injil hari ini. Yesus memuji seorang janda yang memberi derma dalam jumlah sedikit, tetapi merupakan seluruh milik dan nafkahnya (Mrk. 12: 43-44). Pemberiannya menjadi bernilai karena ia memberi bukan dari kelebihannya melainkan apa yang ada padanya. Dengan memberikan semua yang ada padanya itu maka ia memberikan seluruh dirinya kepada Allah.
Ada orang yang memberikan derma dalam jumlah yang besar, yang tidak sebanding dengan kekayaannya tetapi di dalamnya tidak ada unsur pengorbanan dan tidak melibatkan seluruh hatinya. Itu menjadi kurang bernilai di mata Yesus. Dengan demikian, nilai pemberian seseorang yang memberi banyak belum tentu lebih bernilai dari pada seorang yang memberi sedikit. Karena itu kita juga tidak boleh berpikir atau beranggapan, karena kita tidak memiliki banyak maka kita tidak perlu memberi apa-apa kepada Gereja. Pemberian itu menjadi berarti kalau di dalamnya ada aspek pengorbanan.
Apa yang dialami janda di Sarfat dalam bacaan pertama memberikan contoh kepada kita betapa besar nilai pengorbanan. (Paulus Suyanto/Bidang Pewartaan)