Syukur pada Tuhan karena “Syukuran Akbar,” perayaan syukur atas HUT Emas (50 tahun) imamat Rm. Limijarta, 3 Desember 2018 telah berjalan dengan lancar. Pada zaman kiwari seperti ini, ada seorang Imam – sebuah “profesi” yang mungkin tidak terlalu popular dan diinginkan – yang tetap setia bertahan, dengan fisik yang juga luar biasa.
Bidang KOMSOS juga diberi “anugerah”: mempersiapkan sebuah buku kenangan 50 tahun imamat itu. Tugas yang tidak ringan, mengingat banyak para saksi sejarah panggilan Rm. Liem, yang sudah berpindah dari dunia ini. Tim penulis pun harus berkejaran dengan waktu.
Mewawancarai para narasumber, itulah salah satu tugas yang cukup berat. Rentang waktu pelayanan Rm. Liem yang cukup panjang menjadikan tim bingung bagaimana harus menyeleksi siapa saja yang rasanya layak jadi sumber berita. Akhirnya lewat berbagai pertimbangan, muncullah nama-nama yang dianggap cukup mengetahui sejarah hidup seorang Rm. Liem.
Banyak di antara sumber berita yang tinggal di luar kota: Pamanukan, Cirebon, Jakarta, Indramayu, Purwakarta, Bandung, dan Garut. Di Bandung pun tersebar di beberapa paroki: Paulus, Buah Batu, Kamuning, dan St. Martinus. Tim penulisan terdiri dari banyak anak muda. Bersemangat, tentu saja! Sekaligus amat sangat terbatas dengan waktu. Maklumlah, banyak di antara mereka yang masih sekolah/kuliah, dan sebagian sudah bekerja.
Idealnya, para narasumber ini memang ditemui untuk diwawancara, tapi karena keterbatasan waktu, ideal ini tidak dimungkinkan. Maka, titik berat tim adalah mewawancara keluarga Rm. Liem, baik di Pamanukan maupun di Bandung. Beberapa narasumber yang kebetulan ada di Bandung, dan bisa ditemui pun diwawancara. Nara sumber lainnya: wawancara by phone, bahkan by whatsapp (WA). Kemajuan teknologi yang sungguh dirasakan sangat membantu. Buku kenangan yang rencananya hanya 24 halaman, menjadi berlipat hingga 62 halaman.
Deo Gratias! Di mana ada kemauan, di situ ada jalan… Ada begitu banyak tangan yang terulur, begitu banyak hati yang terbuka dan berkenan untuk memberi bantuan. Tidak saja untuk penerbitan buku, tetapi juga untuk acara syukuran, 3 Desember itu. Semua seolah berlomba untuk membuktikan kemurahan hati Tuhan yang tak berkesudahan.