Tuhan, Jadikanlah aku pembawa damai, bila terjadi kebencia, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Kutipan DOA SEDERHANA SANTO FRANSISKUS ASSISI ini sangatlah indah, apalagi jika semua doa dan harapan itu menjadi kenyataan dalam hidup kita sehari-hari di tengah masyarakat dan pemimpin agama di seluruh dunia. Kata-kata di dalamnya sangat bersifat universal. Ini adalah bentuk pernyataan sikap bersama para pemimpin agama- agama di seluruh dunia untuk menciptakan perdamaian dunia. Paus Yohanes Paulus II yang saat ini sudah menjadi orang kudus (santo) mengambil inisiatif pada tahun 1986, dengan memprakasai Hari Doa sedunia untuk perdamaian di Assisi, Italia.
DOA dan Perdamaian Dunia
Tahun 2019 ini kita awali dengan satu hari spesial di antara 365 hari lainnya pada tahun 2019. Tanggal 1 Januari 2019 kita memperingati secara liturgis, Hari Raya Santa Maria Bunda Allah akan tetapi pada hari itu juga kita secara khusus memperingati Hari Perdamaian Dunia.
Tema kita bulan ini adalah: Pemimpin Agama. Semoga para pemimpin agama berani dengan tegas menolak segala bentuk usaha kelompok masyarakat yang hendak menggunakan agama demi meraih kepentingan politik praktis.
Tahun 2019 ini juga masyakat Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi untuk memilih Presiden dan para wakil rakyatnya. Tentu kita berharap suasana damai terjamin dengan baik. Maka dari itu perlu ada dukungan dari para pemimpin agama, berkomitmen menjaga kondusivitas negeri Indonesia tercinta ini.
“Politik yang Baik sebagai Pelayan Perdamaian”
“Dunia tidak akan memiliki perdamaian jika manusia tidak mempercayai satu sama lain dan tidak menghormati ucapan satu sama lain.” Hal ini disampaikan oleh Vatikan ketika mengumumkan secara resmi bahwa pesan Hari Perdamaian Internasional 2019 dari Paus Fransiskus akan berfokus pada “Politik yang Baik.”
“Politik yang baik sebagai pelayanan akan perdamaian” akan menjadi tema untuk peringatan Hari Perdamaian Internasional yang diperingati setiap tahun pada 1 Januari. Vatikan mengatakan pesan Paus Fransiskus akan menggarisbawahi bagaimana politik menjadi tanggung jawab semua warga negara khususnya mereka yang diberi mandat “untuk melindungi dan memerintah.” Ditegaskan bahwa “Misi ini mencakup perlindungan hukum dan dorongan untuk melakukan dialog antara semua pemangku publik dalam masyarakat, antara generasi dan budaya.” Saling menghormati dengan kata-kata yang baik dan juga mulia dan tidak membuat ujaran-ujaran kebencian apalagi “hoax” juga bagian penting dalam menciptakan perdamaian dunia: “Tidak ada perdamaian tanpa saling percaya. Dan syarat pertama untuk memiliki kepercayaan adalah menghormati ucapan orang lain.”
Paus mengajak juga untuk memberikan kontribusi dalam politik kepada semua umat Kristiani, bukan dalam arti praktis tetapi untuk mengusahakan kebersamaan dan kedamaian dalam masyarakat. Keterlibatan dalam politik merupakan salah satu ungkapan yang paling mulia akan amal. Jika hak orang dihormati, maka mereka akan mulai merasakan “tanggung jawab mereka untuk menghormati hak orang lain.” “Untuk itu kita dipanggil, untuk membawa dan mewartakan perdamaian sebagai kabar gembira akan masa depan di mana martabat dan hak setiap orang akan dihormati.” Mowil.