Syalom aleikhem.
Kalau orang bicara mengenai iman Gereja Kristen yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik (yang nama tenarnya adalah “Gereja Katolik”), kadang ada salah paham mengenai istilah “Tradisi”. Tak sedikit kalangan dari sekte lain yang menganggap bahwa Tradisi itu buatan manusia dan oleh karenanya harus dibuang, tak boleh dijadikan sumber ajaran iman. Di situlah ada salah paham besar.
Tradisi (Suci) yang dimaksud dalam Gereja Katolik sebagai salah satu dari dua sumber iman bukanlah adat-istiadat buatan manusia, melainkan Tradisi itulah Sabda Allah, firman ilahi. Sabda Allah yang diteruskan dari zaman ke zaman secara lisan, itulah Tradisi. Sementara itu, Sabda Allah yang diteruskan dari abad ke abad secara tertulis disebut Alkitab.
Tak jarang ada olok-olok, bahkan serangan, bahwa Gereja Katolik mengikuti ajaran buatan manusia karena ikut apa kata Tradisi. Beberapa sekte mencoba membuktikan dengan ayat-ayat Alkitab bahwa di dalam Alkitab pun diceritakan Yesus mengutuk tradisi. Mat. 15:3 sering dipakai sebagai palu gada untuk menyerang posisi Katolik mengenai Tradisi sebagai sumber iman. Menurut aneka sekte itu, tradisi adalah buatan manusia, tradisi adalah adat-istiadat nenek moyang. Dan jelaslah bahwa menurut Injil Matius itu, Yesus tak terlalu mendukung pelestarian adat-istiadat kalau juntrungannya justru melawan perintah Allah. Yesus tampak membela perintah Allah daripada adat-istiadat. Artinya, menurut tafsiran beberapa sekte, Yesus tak menghendaki kita melestarikan Tradisi (Suci).
Siapa bilang? Coba lihat lebih rinci. Mat. 15:3 (baca juga ayat 1-6) memang bicara tentang tradisi buatan manusia alias adat-istiadat. Namun, di sana Yesus tak sedang bicara mengenai Tradisi yang diteruskan oleh Para Rasul. Tradisi Suci yang diyakini oleh Gereja Katolik berasal dari Para Rasul yang pada akhirnya kalau dirunut, diajarkan oleh Tuhan Yesus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ayat dalam Mat. 15 itu sama sekali tak terkait dengan Tradisi Suci yang diwariskan oleh Para Rasul kepada para murid dan Gereja semesta sejak awal mula.
Jangan lupakan Mrk. 7:9. Di sana Yesus membuat dua pembedaan: tradisi buatan manusia alias adat-istiadat dan Tradisi Suci yang diterima sebagai firman ilahi.
Kisah Para Rasul juga memberi kita gambaran positif mengenai Tradisi Suci. Kis. 2:42 berkisah bahwa anggota jemaat (Gereja Mula-Mula) setia kepada pengajaran Para Rasul. Nah, pengajaran Para Rasul itulah Tradisi Suci. Bahkan, perubahan hari Tuhan dari Sabtu ke Minggu pun dimulai oleh Tradisi Suci. Tak satu pun ayat yang menerangkan perubahan itu. Seakan-akan itu tiba-tiba berubah. Perhatikan Kis. 20:7, dikatakan “hari pertama dalam pekan”, itulah hari Minggu, hari matahari, Sunday. Perubahan itu diterima jemaat karena itu adalah Tradisi Suci dari Para Rasul. Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie (Katkiter)