Waktu telah menunjukkan pukul 07.30 pagi, Minggu 9 Desember 2018, ketika siswa-siswi Pendidikan Agama Katolik Gereja Santo Martinus berjalan bersama-sama menuju gereja. Mereka akan mengikuti misa bersama, mengakhiri semester ganjil tahun ajaran 2018 – 2019. Misa pagi itu dipimpin oleh Romo Sahid yang dengan lantang mengajak mereka, “Jangan pesimis tapi optimis, jangan lesu tapi semangat, jangan takut tapi beranilah, jangan lihat ke belakang tapi lihatlah ke depan, seperti halnya dalam bacaan pagi itu agar kita selalu menjadi optimis dalam penyelamatan Allah.”
Seperti halnya orang sedang sakit yang melawan penyakitnya, mereka tetap optimis bahwa mereka akan sembuh, bahwa mereka akan dijamah oleh Tuhan dan disembuhkan. Jangan sampai kita kalah sebelum berperang karena tidak optimis.
Sama halnya dengan siswa-siswi yang sedang menjalani pendidikan. Kadang kala mereka merasa
lelah dengan kegiatan sekolahnya yang padat, kadang pula datang perasaan pesimis saat memulai suatu ulangan ataupun ujian. Ada pula perasaan takut saat pembagian rapor: takut dimarahi oleh orang tua karena nilai jelek. Di saat seperti itu mereka membutuhkan bantuan yang dapat membuat mereka optimis, semangat, dan berani. Hanya dengan orang-orang terdekat, siswa-siswi dapat menjadi anak- anak yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Setiap siswa-siswi memiliki kemampuan dan keterbatasan dalam menghadapi suatu masalah. Ada yang dengan berani menghadapi masalah yang datang, ada yang pesimis dengan menghindar, ada yang menangis karena sedih dan merasa tidak ada jalan lain. Pada akhirnya mereka harus bisa melewati semua itu, mau tidak mau, hanya caranya yang berbeda-beda. Seperti halnya Yohanes mangajarkan janganlah menangis karena sedih tapi menangislah karena cinta kepada Tuhan, keluarga, dan sesama. (Andreas Herdyanto/PAK St. Martinus)