Bapa suci Paus Fransiskus menegaskan bahwa internet itu “Karunia Zaman”. Berkat internet, manusia di seluruh dunia bisa terhubung dengan mudah, cepat dan hemat. Berkat internet, limpahan pengetahuan juga tersaji banyak untuk kita unduh. Internet mengubah dunia. Lebih-lebih, internet mengubah manusia, mengubah kita. Secara khusus, perubahan kita rasakan dalam komunikasi adalah temuan muktahir dari kehadiran internet, kita terhubung kembali dengan saudara yang terpencar di berbagai tempat.
Media sosial menjadi tempat menemukan kembali relasi yang hilang. Media sosial juga mengubah pola interaksi kita. Di media sosial, semua “teman”. Hierarki sosial berubah. Semula, masih ada posisi atas-bawah di masyarakat untuk relasi guru-murid, imam-umat, rakyat-pejabat, dan anakorang tua. Hierarki tersebut memunculkan penghormatan tertentu, yakni yang di bawah menghormati yang di atas. Konsep “pertemanan” yang ditawarkan media sosial mengikis, bahkan menghapus hierarki itu. Antar akun berhubungan sederajat. Tidak peduli usia dan status sosial; di media sosial, semua setara. Nilai-nilai yang berlaku pun bergeser. Ada begitu banyak rahmat positif dari sebuah kehadiran Internet dan Media Sosial yang berkembang pada zaman kita akan tetapi juga tersimpan potensi negatif bila kita tidak bijak menggunakannya. Akan tetapi adakah tanggapan dari mentalitas dan spiritualitas iman Kristiani kita dalam menanggapi fenomena “zaman now” itu?