Seluk Beluk Misa bagian 27 (bagian 1)
Umat berarak saat menerima komuni. Ada yang menerima komuni dari imam, ada yang menerima dari pelayan altar yang membantu selain imam, entah itu diakon, frater, suster atau prodiakon selaku asisten imam (E. Martasudjita, Pr., Kompendium Tentang Prodiakon, halaman 10). Dalam buku Tata Perayaan Ekaristi 2005 ditulis saat menerima Tubuh Kristus, umat mengungkapkan sikap hormat. Sikap hormat ini ditunjukan umat dengan berbaris rapi dalam keheningan – dengan wajah menatap ke depan tanpa melirik ke kanan-kiri, melihat umat lainnya; posisi tubuh tegak dengan mengatupkan kedua tangan di dada.
Imam menerimakan komuni kepada umat dengan berkata, “Tubuh Kristus” (Corpus Christi). Umat menjawab dengan suara lantang, “Amin,” sebelum menyambut-Nya. Ini merupakan dialog antara imam dan umat yang mengandung dimensi imani. Jawaban “Amin” bisa diartikan “Ya!” Suatu pernyataan iman umat yang menerima Tubuh Kristus, bahwa yang diterimanya adalah sungguh Tubuh Kristus sendiri. Sekaligus menegaskan persetujuan untuk menjadi bagian dari Tubuh dan Darah Kristus.
Ada dua cara umat dalam menerima Komuni yaitu menyambut dengan tangan atau dengan lidah yang dijulurkan. Saat ini cara menyambut dengan tangan yang telah menjadi kebiasaan umat. Cara ini secara historis adalah cara yang muncul lebih dulu. Dalam Perjamuan Malam Terakhir pun Yesus mengikuti kebiasaan Yahudi: memberikan roti ke tangan para Rasul. Cara menyambut dengan lidah, baru dimulai sekitar awal abad pertengahan dengan pertimbangan menjaga kesucian Tubuh Kristus yang dapat dicemari oleh tangan. Hal menerimakan Komuni ini tidak perlu dipersoalkan mana yang lebih tepat dan hormat.
Keduanya diijinkan Takhta Suci. Hal lebih penting adalah bagaimana sikap batin kita saat menerima Komuni dan hanya Allah sendiri yang mengetahui-Nya. Imam atau siapapun yang berwenang memberikan Komuni sebaiknya luwes melihat kondisi umat yang menyambut Komuni. Contohnya: apabila ada umat yang sakit tangan dan tak bisa digerakkan atau mungkin tengah menggendong bayi dan sulit menerima Komuni dengan tangan, umat dengan kondisi seperti demikian dapat menerima Komuni dengan menjulurkan lidah.
Ada dua jenis Komuni dilihat dari hosti (Tubuh Kristus) dan anggur (Darah Kristus): Komuni satu rupa yaitu yang diterima hosti saja dan Komuni dua rupa yaitu yang diterima hosti beserta anggur (hosti dicelupkan ke dalam anggur). Yang dijalani oleh seluruh gereja Katolik di Indonesia dalam setiap Perayaan Ekaristi Mingguan adalah Komuni satu rupa karena alasan kepraktisan. Komuni dua rupa dalam Misa di gereja bukanlah hal mudah karena akan memakan waktu yang lebih lama saat umat menerimanya.