Tepat pada tanggal 27 Juni 2018, saya dipanggil dan diminta oleh rektor Seminari Tinggi Fermentum – R.D. F. Bhanu Viktorhadi – untuk cuti kuliah dan mengolah diri di luar seminari tinggi selama 1 semester. Jujur saja, hal ini sangat mengejutkan saya. Di sisi lain, saya sangat bersyukur karena diberi kesempatan ini oleh beliau. Melalui pengalaman ini, saya bisa menguji dan menilai diri secara lebih realistis terkait dengan perjuangan dan penghayatan saya dalam menjalani hidup panggilan sebagai seorang calon Imam diosesan Keuskupan Bandung.
Liburan akhir tahun selesai. Saya diberi tahu bahwa mulai tanggal 28 Juli 2018 – 31 Desember 2018 saya akan tinggal di Pastoran Paroki St. Martinus – Kopo, Bandung dan bertugas untuk membantu di Panti Asuhan Bhakti Luhur – ALMA cabang Bandung. Sejak tanggal itu saya tinggal di pastoran dan beraktivitas secara dominan di panti asuhan ini.
Selama 5 bulan 6 hari saya menjalani hidup dan panggilan saya di Panti ALMA. Pengalaman dominan yang saya dapatkan di sana merupakan pengalaman melatih diri untuk bisa taat dan siap sedia menjalankan perutusan. Pengalaman ini tidak hanya saya dapatkan secara langsung melalui tugas-tugas yang diberikan kepada saya, tapi juga dari setiap pengamatan yang saya lakukan terhadap masing-masing perawat atau karyawan di sana.
Jujur saya akui, ketaatan dan kesiap-sediaan yang dimiliki oleh para perawat atau karyawan di sana lebih besar dan konkrit dari apa yang selama ini saya perjuangkan. Para perawat atau karyawan ini, sekalipun sudah lelah seharian bekerja merawat anak-anak di panti, selalu taat ddan siap sedia jika diberi tugas atau perutusan yang sama sekali berbeda dan dalam waktu yang berdekatan. Anehnya, mereka tetap bisa bergembira di tengah rasa lelah yang mereka rasakan.
Ketika saya bertanya kepada beberapa perawwat atau karyawan dalam sebuah obrolan singkat, hal mendasar yang bisa membuat mereka melakukan ini semua adalah pengosongan diri. Hal inilah yang selama ini saya cari, saya pelajari, saya olah dan coba saya reflesikan.
Dari setiap pengalaman yang saya peroleh di panti asuhan ini, ketaatan dan kesiap-sediaan diri bukanlah hal yang sulit jika saya mampu dan mau mengosongkan diri. Syukur kepada Allah, di tengah-tengah keterbatasan diri, kehadiran para suster ALMA, para perawat atau karyawan, dan anak-anak di sana sungguh membantu saya untuk bisa menemukan pengalaman pengosongan diri ini. Semoga apa yang saya alami ini bisa tetap saya pertahankan, saya olah dan saya kembangkan dalam berbagai bentuk sesuai dengan pembinaan yang diberikan oleh para staf Seminari Tinggi Fermentum.