Minggu Biasa ke-5 – Minggu, 10 Februari 2019
BcE Yes. 6: 1 – 2a. 3 – 8; 1Kor. 15: 1 – 11; Luk. 5: 1 – 11
Ketiga bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini berkisah tentang panggilan dan perutusan. Dalam bacaan pertama Yesaya mengungkapkan keberadaan hidupnya sebagai pendosa, “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.” (Yes. 1: 5). Ia merasa tidak pantas menjadi seorang utusan Allah. Namun Allah melalui Serafim menguduskannya, “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” (Yes. 1: 7). Sesudah itu Yesaya siap menerima tugas perutusan sebagai nabi, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku, “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 1: 8)
Dalam bacaan kedua St. Paulus mengisahkan bahwa dari dirinya sendiri ia merasa tidak pantas menjadi seorang rasul, “karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah (1Kor. 15: 9). Tetapi karena kasih karunia dari Allah, ia menjadi seorang rasul yang gigih mewartakan dan memberi kesaksian tentang karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus.
Dalam bacaan Injil dikisahkan bahwa Simon Petrus merasa dirinya tidak pantas menjadi murid Yesus, ia berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Luk. 15: 8). Namun kata Yesus kepada Simon, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (Luk. 15: 10)
Pesan yang bisa kita petik dari ketiga pengalaman tersebut antara lain, Tuhanlah yang membuat seseorang pantas menjadi pelayan-Nya, menjadi perwarta sabda-Nya, menjadi utusan-Nya, dsb. Oleh karena itu, bagi kita sesungguhnya tidak ada alasan apa pun untuk menolak panggilan dan perutusan-Nya, sebab Dialah yang akan melengkapi segalanya sesuai dengan rencana-Nya. Yang dibutuhkan dari pihak kita hanyalah keterbukaan dan kesediaan diri, yang lainya Tuhan sendiri yang akan melengkapinya. Jangan takut…!! (Tarcisius Endang D./Bidang Pewartaan)