Hari H – pelaksanaan Pemilu 2019 sudah kian mendekat – tinggal beberapa pekan lagi – ingat RABU, 17 APRIL! Gereja Indonesia – kita semua – berharap bahwa semuanya akan berjalan dengan baik dan lancar atau sekurang-kurang langsung-umum-bebas dan rahasia.
Untuk terselenggaranya PEMILU yang demikian tentu saja dibutuhkan peran membangun bangsa dan negara. Tanpa partisipasi publik yang mencukupi proses demokrasinya akan cacat. Kita, Indonesia, memang tidak memiliki Undang-undang yang mewajibkan setiap warga negara untuk datang ke kotak suara pada hari PEMILU – seperti negara tetangga misalnya. Diandaikan dan diharapkan kesadaran dan rasa cinta tanah air menjadi provokator utama bagi semua warga negara entah di mana pun keberadaannya pada hari-hari itu.
Partisipasi macam apa yang diharapkan selain jumlah yang memadai? Menarik untuk melihat dan mendalami apa yang diharapkan oleh KWI dan MUI. Dalam rangka mendorong partisipasi setiap orang Katolik yang telah mempunyai hak pilih, KWI mengharapkan agar umat “menjadi pemilih cerdas yang mengutamakan hati nurani” dalam menggunakan hak pilihnya. Sudah dalam beberapa tahun terakhir kita mendengar dan berusaha menjalankan arahan para Bapa Uskup kita ini.
Harapan khusus untuk tahun ini adalah agar “tetap berusaha menjaga kerukunan dan tidak tergoda oleh politik uang”. Hal ini mengingat berbagai gejolak yang timbul dalam masyarakat beberapa tahun lalu sehubungan dengan pemberitaan yang muncul dalam OBOR RAKYAT misalnya. Belakangan ini barulah kita tahu bahwa ternyata apa yang disebarkan koran tersebut tidak benar! Juga ketika kemarin muncul INDONESIA BAROKAH yang tidak seimbang dalam pemberitaannya, seruan menjaga kerukunan dan persatuan bangsa semakin mendesak supaya mendapat perhatian kita semua.
Seruan MUI – Majelis Ulama Indonesia – juga seiring dan seirama dengan seruan KWI. Dalam siaran persnya MUI menegaskan bahwa PEMILU tidak boleh merusak persatuan. Dewan Pertimbangan MUI menyerukan agar umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya menjadikan pemilihan umum sebagai sarana mencari pemimpin terbaik. Maka MUI menganjurkan kepada seluruh bangsa, umat Islam khususnya untuk menjadi pemilih yang cerdas. Umat diharapkan tidak memilih tanpa tujuan, tetapi memilih dengan keyakinan politik dan hati sanubari!