Biji itu Telah Mati, Namun Lihatlah Ia pun Bertunas
Fransiskus De Sales Aan Ruslan Soeraatmadja, nama yang cukup panjang. Ia lahir di Ciamis sebagai anak ke-2 dari 3 bersaudara, bulan Desember hari yang ke-12, 79 tahun yang lalu. Walau lahir dan di besarkan di tengah keluarga muslim, sebagaimana umumnya warga Ciamis, Ruslan di sekolahkan di sekolahan Katolik. Itulah jalan panggilannya menjadi murid Yesus. Ruslan muda tertarik menjadi seorang Katolik dan di baptis di usia 20 tahun.
F.A Ruslan yang berkeluarga dengan ibu Maria Anastasia Lilis Sugiharti dikaruniai 2 orang anak. Pada tanggal 10 February 2017, ibu Lilis pulang ke rumah Bapa. Pak Ruslan kemudian menikah dengan ibu Agnes Martini, 12 Desember 2010. Hari tua itu dijalaninya bersama ibu Agnes, berdua saja.
Riwayat pelayanannya di gereja St. Martinus dimulai ketika gereja St. Martinus masih menjadi stasi Paroki St. Paulus, sekitar tahun 80-an. Mulai dari ketua lingkungan yang entah berapa periode itu, mengajar, bahkan hingga akhir hidupnya beliau tetap menjadi seorang Prodiakon. Bukan main kesetiaanmu, Pak…!
Pada tahun 2016 beliau menjalani operasi prostat, setelah itu mulailah terdeteksi bahwa jantungnya bermasalah. Sejak Juni 2018, beliau mulai sering merasa sesak nafas. Sabtu, 19 Januari 2019 rumahnya masih ketempatan untuk pertemuan kelompok Monosuko. Sesak nafas dan dada yang terasa panas sering kambuh sejak Sabtu itu, tapi tidak sampai dibawa ke Rumah Sakit.
Senin, 4 Februari tengah malam, beliau akhirnya dibawa ke IGD. Setelah diberi Oksigen beliau pun dipulangkan. Di rumah, sejam kemudian anfal terjadi lagi, malah lebih parah. Beliau berserah dan minta didoakan oleh anak-anaknya yang tetap berharap Pak Ruslan dapat sembuh. Jam 9 beliau dibawa ke RS, dan pada pukul 13.45 sebuah serangan jantung mengakhiri perjalanannya di dunia. Tuhan membawanya pulang ke rumah- Nya…!
Ekaristi Requiem dipersembahkan oleh Rm. Wahyu, Rabu, 6 Februari 2019, pukul 10.00. Umat tumpah ruah, memenuhi sudut-sudut rumah. Rm. Wahyu memujinya sebagai orang yang punya hati untuk Gereja. Iman kepercayaannya kepada Tuhan menjadi kekuatannya. Semangatnya sebagai murid Yesus semoga menjadi teladan bagi kita.
“Jika biji tidak mati, ia tetap tinggal biji. Namun jika ia musnah berbuah berlimpah-limpah…” Teladan yang ditinggalkannya, sungguh berbuah. Isteri dan anaknya menjadi para pelayan di rumah Tuhan. Kini ia telah berbaring dalam damai Tuhan di Astana Mawar Asih – Banjaran. Selamat jalan, Pak Ruslan. Terima kasih untuk keteladananmu. Selamat bertemu dengan Yesus yang telah dengan setia kau abdi.