Bagi Anda yang pernah menjalani retret Agung ala Ignatian (Ignatius Loyola) khas para Jesuit, tentu kalimat ini tidak asing. Kalimat ini berarti tentang kesepahaman dan sehati seperasaan yang total dengan hidup Gereja Katolik, tetapi saya “iseng” menambahkan kata Patria yang berarti tanah air. Untuk mengingatkan kembali kita juga, bahwa kita pun numpang hidup di dunia ini sebagai Warga Negara Republik Indonesia. Ungkapan khas Mgr. Soegiopranata, SJ sering kita dengar dengan slogan: “100%, Katolik; 100%, Indonesia”.
Sentire: Berpikir dan Merasakan Secara Personal Kata ini sendiri berasal dari bahasa Latin: SENTIRE (Latin), dalam bahasa keseharian St. Ignatius Loyola dari kata SENTIDO (Spanyol). Kata ini berarti: rasa, akal budi, perasaan, pemahaman, maupun maksud. Kata kerjanya: Sentir dapat diartikan sebagai merasakan, menerima, mendengar, menimbang, bahkan ikut menderita. Kata ini secara umum digunakan dalam konteks yang sangat personal. Dalam konteks dewasa ini, kita dapat memahaminya sebagai bentuk pemahaman intelektual, tetapi ada nuansa rasa seperasaan, sehati yang kemudian menjadi sebuah kerangka kerja yang sering digunakan orang untuk menggambarkan tindakan secara instingtif untuk mengarah kepada tindakan praktis atau aktivitas dalam hidup.
Dalam Bahasa inggris mungkin lebih mudah dicerna, “Thinking or deep feeling with the Church”. Sebetulnya bahasa ini sangat terbatas, kalau menekankan kata “thinking” maka mengurangi kekuatan emosi yang terkandung dalam kata sentire; kalau sekedar diterjemahkan dalam kata “feeling” maka dasar rasional dari kata ini hilang. Maka, makna ini sendiri memiliki banyak makna yang dalam dan tak terjangkau. St. Ignatius Loyola juga memasukkan unsur konotasi praktis yang mengarah kepada situasi mental yang menjadi kebiasaan sebagai orientasi. Kemungkinan yang lain juga dapat diterjemahkan menjadi kata “attitude” (sikap).
Dalam kalimat: Sentire Cum Ecclesia/Patria ini, saya mengajak kita untuk merenungkan kembali identitas dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia dalam menghadapi pesta demokrasi pada tahun 2019 ini. Indonesia akan mengadakan pemilihan umum dan pemilihan presiden. Ada pemimpin yang akan kita pilih bersama, dan ada juga wakil-wakil rakyat yang kita kehendaki untuk bisa menyuarakan kebenaran dan kebaikan dalam merancang Indonesia yang lebih baik dan maju. Marilah kita juga sehati, seperasaaan dalam bersikap dan menanggapi kebutuhan akan pemimpin kita yang menghantar kita kepada kebaikan dan kemajuan Indonesia.
Kita tahu keterlibatan Gereja dalam kehidupan sosial-politik berakar dalam panggilan dan tugas suci Gereja untuk menjadi terang dan garam dunia (Matius 5:13-20). Artinya kita semua memiliki tugas untuk berpartisipasi menciptakan keadaan yang baik dalam kesaksian hidup. Seorang Katolik yang baik dan benar, demi menegakkan moral politik yang benar dan membangun budaya politik yang bersih, bebas korupsi, dalam mengupayakan kemakmuran, kesejahteraan bersama, pemuliaan pada hak asasi manusia dan akhirnya kebaikan bersama dalam kerukunan hidup bermasyarakat (Bonum Communae).