Rabu abu adalah awal dari masa pertobatan. Masa untuk menarik diri dari segala keserakahan dan merenungi segala dosa yang telah diperbuat. Lewat perayaan Rabu Abu, umat Paroki St. Martinus dapat disegarkan kembali sebelum melaksanakan pertobatan lewat amal, pantang, puasa dan derma. Di Gereja St. Martinus, tahun ini (6 Maret 2019) dispersembahkan 3x Ekaristi Rabu Abu yaitu pukul 6.00, 17.00 dan 20.00; sementara di Pastoran ditiadakan.
Ekaristi pertama Rabu Abu dipersembahkan oleh Rm. Sahid. Dalam homilinya Rm. Sahid mengingatkan bila terjadi kelesuan rohani maka dibutuhkan diet rohani. Diet rohani adalah menahan diri dari keserakahan hati, kenikmatan yang dinginkan hati dan budi, dan menggantikan kerakusan roh dengan gesit rohani. Romo Sahid mengingatkan umat agar tidak jatuh dalam penyakit hedonisme yang memiliki semangat keserakahan dan tidak baik.
Ekaristi kedua dipersembahkan oleh Rm. Siswa. Beliau mengatakan bahwa Rabu Abu memberikan semangat baru dalam kehidupan kita dengan jalan yang baru, yaitu jalan untuk bertobat. Bertobat haruslah berasal dari hati karena semua berasal dari hati. Pada masa pantang dan puasa, umat diajak untuk lebih mensyukuri kesempatan bertobat ini.
Ekaristi ketiga dipersembahkan oleh Rm. Willy. Beliau mengatakan bahwa Rabu Abu menjadi waktu untuk jeda dari kehidupan, untuk bertobat. Umat diajak untuk merenungkan dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita dan merajut kembali relasi damai dengan Tuhan dan sesama kita. Pada masa puasa ini kita diajak untuk lebih peka terhadap dosa-dosa kita dengan cara menahan diri sendiri dan mulai menyadari kasih Allah yang berlimpah.
Sykur kepada Allah, perayaan Rabu Abu dapat berjalan dengan lancar tanpa ada kendala. Ketiga Ekaristi pun dipenuhi umat, bahkan pada Ekaristi terakhir umat pun ada di Bina Iman dan Bina Kasih. Semoga dalam menjalani puasa dan pantang, umat akan selalu mengingat dan lebih merasakan kasih Allah yang berlimpah untuk seluruh umatnya. Syalom!