Dari Debu ke Debu

dari debu ke debu 2

Kamis, 7 Maret 2019, beberapa orang perwakilan St. Martinus pergi bersama-sama ke TPBU Astana Mawar Asih. Tanggal merah tidak menghalangi semangat pelayanan mereka. Ditambah suasana asri Banjaran yang semakin membawa semangat untuk mengikuti Misa Pemberkatan juga peresmian Makam Abu di TPBU AMA.

Perayaan Ekaristi dimulai pada pukul 10.00 WIB. Terlihat sosok Bapak Uskup, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC sebagai selebran utama pada perayaan ekaristi kali ini, didampingi RD. Fabianus Muktiyarsa. Tampak hadir juga RD. Hilman, RD. Maman, RD. Wahyu Tri Wibowo, RD. Willy, RP. Dedi Riberu SSCC, RP. Tono OSC, RP. Dion SSCC, dan Diakon Alloy.

dari debu ke debu 3

Dalam homilinya, Bapak Uskup menceritakan sebuah perumpamaan yang memiliki makna, seringkali kita sebagai umat Allah lebih memilih untuk menyelamatkan diri kita lebih dahulu. Padahal Allah sendiri mengajarkan untuk memilih berkat dan kehidupan terlebih dahulu. Kehidupan tersebut bersumber dari ketaatan kita pada Allah dan menjadi sumber keselamatan jiwa kita. Untuk mengikuti Kristus, kita perlu ‘sangkuli’. Baru denger? Sangkuli sebenarnya hanyalah singkatan atau jembatan keledai dari sangkal, pikul dan ikuti! Wah, emoga singkatan ini berguna untuk mengingatkan kita agar selalu menyangkal diri, memikul salib, dan mau mengikuti Yesus.

Perayaan Ekaristi berlangsung dengan khusuk, diakhiri dengan pemberkatan makam abu diiringi lagu “Pie Jesu” yang sangat merdu. Seusai perayaan ekaristi, umat diajak untuk bersama-sama melihat makam abu yang ada. Sebelumnya, dilakukan peresmian: Bapak Uskup menandatangani prasasti dan memotong pita yang sudah disiapkan para pengurus TPBU AMA di depan gerbang makam abu tersebut.

dari debu ke debu 4

Sebelum dilakukan pemberkatan dan simbolisasi, Rm. Abi memperkenalkan makam abu tersebut kepada umat. Makam abu yang berada di TPBU AMA sekarang ini sebenarnya bak gayung bersambut dari Surat Apostolik Paus Fransiskus, Ad Resurgedum Cum Christo (Bangkit Bersama Kristus) yang diterbitkan pada tanggal 18 Maret 2016, tentang tata cara pemakaman. Bagi jenazah umat Katolik, terbaik adalah dikuburkan. Atau kalau dikremasi, maka abu hasil kremasi seharusnya dimakamkan di laut, atau di makam abu, atau dibuat sumur suci. Kebetulan tanah yang ada di TPBU AMA tidak semuanya dapat digali. Bersama dengan para pengurus yang hebat, akhirnya terciptalah makam abu ini.

Makam abu ini dibuat sebagai penghargaan dan penghormatan yang pantas untuk saudara-saudari kita yang sudah lebih dahulu menghadap-Nya. Juga sebagai pengingat bagi kita yang masih berziarah di dunia, untuk selalu mengikuti Kristus dan ajaran-Nya.

Saat ini sudah tersedia 267 makam abu. Ada tiga tingkatan yaitu atas, tengah, dan bawah. Untuk tingkatan atas dan bawah, diberi harga Rp. 5 juta/10 tahun. Sedangkan bagian tengah, Rp. 6 juta/10 tahun. Itu adalah harga untuk warga dekanat Bandung Selatan. TPBU AMA membuka makam abu untuk umat di luar dekanat Bandung Selatan juga, asal masih berada di bawah naungan Keuskupan Bandung. Untuk pemakaman di TPBU AMA ini, umat dipastikan harus beragama Katolik (dibuktikan dengan adanya surat permandian, dan surat kematian yang diketahui oleh ketua lingkungan dan pastor paroki).

Jam sudah menunjukan pukul 11.30. Acara dilanjutkan dengan melihat-lihat pemakaman abu. Tempatnya didesain begitu nyaman dengan pohon-pohon, juga tempat duduk yang membuat keluarga yang ingin sembahyang pun merasakan kelegaan. Terdapat juga pendopo yang dapat digunakan untuk tempat berkumpul. Setelah itu, bapak Uskup, para Romo dan umat diajak untuk ikut potong tumpeng, ramah tamah, berfoto dan dilanjut makan bersama.

Makam Abu dan Kolumbarium

Apa bedanya antara Makam Abu (ada di AMA) dan Kolumbarium (contoh: di bagian belakang gereja St. Laurentius)? Kolumbarium adalah tempat penyimpanan sementara abu hasil kremasi, sementara makam abu adalah tempat peristirahatan terakhir dari jenazah yang dikremasi.

Rm. Abi menjelaskan bahwa abu yang ingin kita makamkan tidak boleh ditaruh di dalam guci. Karena, guci tidak dapat hancur dan tidak bisa bersatu dengan tanah. Umat diharapkan menggunakan peti abu terbuat dari kayu yang juga disediakan TPBU AMA (dapat dibeli dengan harga Rp. 700 ribu/peti) agar kita yang berasal dari tanah, juga kembali ke tanah (Kej. 3: 19).

dari debu ke debu 5

Dalam wawancaranya, bapak Uskup pertama-tama mengucapkan puji syukur karena kita, warga keuskupan Bandung Dekanat Selatan memiliki makam abu yang layak. Biasanya, abu kremasi ditebarkan di laut. Tetap sesuai dengan arahan Vatikan, sebaiknya abu tersebut dimakamkan sebagai penghormatan kepada mereka yang sudah meninggal. Tempatnya yang tidak seluas pemakaman biasa namun dapat menampung lebih banyak, merupakan salah satu keuntungan dan hal yang patut kita syukuri juga.

Kedua, Bapak Uskup juga sungguh bersyukur karena makam abu yang telah diresmikan ini memiliki atmosfer yang nyaman. Pepohonan, tempat duduk, dan yang patut kita syukuri juga adalah pendopo yang dapat dipakai untuk kegiatan liturgis. Dengan itu, saudara-saudari kita yang sudah meninggal tetap mendapatkan siraman rohani dari kegiatan liturgis yang diadakan di tempat tersebut.

Ketiga, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin juga mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik dari pengurus dan Imam Dekanat Bandung Selatan yang telah aktif dan menanggapi dengan cepat seruan Bapak Paus di Vatikan. Dan semoga tetap diusahakan agar kedepannya lebih baik lagi. “Ini merupakan yang pertama di Keuskupan Bandung, bisa jadi juga yang pertama di Indonesia” Tegas bapak Uskup saat di wawancara.

Setelah mendengar rincian harga makam abu yang telah tersedia, bapak Uskup berpesan agar semoga mereka yang kurang mampu dapat juga disediakan fasilitas pemakaman yang layak seperti ini. Kerjasama baik dari Pastor Paroki beserta DPP sangat diharapkan agar mereka yang kurang mampu pun dapat menikmati fasilitas ini.

Terakhir, kepada kita semua bapak Uskup berpesan agar makam abu ini dapat menjadi sarana penghormatan kita kepada orang yang sudah meninggal dengan lebih layak. Kita pun masih melanjutkan perziarahan hidup di dunia diingatkan untuk selalu berusaha hidup dengan sepantasnya, agar kelak saat kita dipanggil, kita layak dan pantas dimakamkan sebagai Orang Katolik.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.