Iman adalah pengalaman personal manusia dengan Allah. Iman menjadi dasar manusia untuk berpasrah dalam kekuatan Allah. Allah menjadi kekuatan yang utama dan manusia membiarkan dirinya dipenuhi dengan kuasa Allah. Dalam bahasanya Paulus, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia. Hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu” (Kol. 2: 6- 7). Inilah hidup beriman yang terus dihayati sehingga menjadi kekuatan dan menjadi daya gerak bagi manusia.

Sub tema fokus Pastoral 2019 adalah kaum muda beriman dalam keluarga. Iman menjadi dasar penting dalam kehidupan kaum muda yang masih mencari makna hidup di tengah arus besar perkembangan zaman ini. Arus itu sangat kuat memberi pengaruh cara berpikir dan bertindak kaum muda. Globalisasi yang kini menjadi “spirit” zaman menghantar kita semua pada pelbagai kemudahan sekaligus tantangan. Era globalisasi diwarnai oleh pelbagai perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi yang pesat, namun cepat berubah. Perkembangan tersebut di satu sisi memberi banyak manfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain meretas musibah kalau manusia tidak bijak memanfaatkannya. Orang semakin mudah mencari teman, namun semakin mudah pula untuk “unfriend”, membuang, melepaskan, melupakan. Kecanggihan teknologi, entah sadar atau tidak sadar, telah membentuk manusia masa kini menjadi pribadi konsumtif dan hedonis.

Selain tantangan modernisme teknologi, kaum muda juga dihadapkan pada kenyataan sosial yang memprihatinkan, seperti maraknya perilaku diskriminatif (agama dan ras), tindakan koruptif, persaingan politik yang saling menjatuhkan, penyebaran berita bohong dalam upaya membangun kebencian kepada pihak tertentu, penyimpangan dalam pergaulan (seks bebas, pornografi, LGBT), ketidakadilan dalam perlakuan hukum, ketimpangan ekonomi, perusakan lingkungan, memudarnya budaya sopan santun dan saling menghormati, meningkatnya paham-paham radikalisme, dan lain sebagainya. Di tengah arus kuat tantangan tersebut, kaum muda Katolik harus menjadi pribadi yang kuat, terutama dalam iman dan spiritualitas supaya tidak mudah terpengaruh dan terbawa arus negatif yang sedang merongrong.

Di mana kaum muda bisa menjadi pribadi yang kuat? Pertama dan utama adalah di dalam keluarga. keluarga menjadi tempat pendidikan iman yang paling utama. Sinode Keuskupan dalam kebijakan no. 6 menegaskan bahwa Umat Allah Keuskupan Bandung memberi perhatian khusus terhadap peran-serta keluarga sebagai Gereja rumah tangga termasuk dalam pendidikan iman. Salah satu tolok ukurnya adalah keluarga Katolik selalu berdoa bersama dan mendalami kitab suci dalam keluarga. Keluarga menjadi rumah dan sekolah iman bagi kaum muda untuk menjadi pribadi yang mengakar kuat dalam iman. Doa dan membaca Kitab Suci bersama menjadi suatu pembiasaan yang terus menerus dan akhirnya menjadi habitus baru dalam kehidupan keluarga. Orang tua harus mengusahakan agar dapat melakukan doa bersama sekeluarga setiap hari, entah pada pagi hari, sore hari, atau malam hari. Mother Teresa pernah mengatakan, “A family that prays together, stays together” (Keluarga yang berdoa bersama, tetap bersatu bersama).