Beberapa tahun yang lalu dalam berbagai pertemuan di paroki-paroki di Keuskuan Bandung inim Komisi PSE selalu mengangkat topik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di samping topik pemberdayaan dan pelayanan PSE serta penggunaan dana APP. Sejak awal mula pelayanan PSE terfokus dan terjebak dalam pelayanan sosial-karitatif dan halnya kelihatannya terus berlangsung sampai sekarang. Sangat sedikit inisiatif dilakukan dalam rangka membantu orang-orang untuk menjadi lebih mandiri dalam kehidupan ekonominya.
Dalam berbagai kesempatan memang muncul juga berbagai kesulitan dan ketidaksanggupan untuk menggeser pola pelayanan dari sekedar memberi ikan ke arah memberi kail – meskipun bedanya hanya I dan N. katar belakang para personil dama komisi dan seksi-seksi PSE di paroki-paroki memang biasanya bukan dari kalangan wirausaha. Ini menjadi kelemahan terbesar kalau pergeseran pola pelayanan mau diusahakan lebih baik.
Terjemahan paling nyata dalam usaha pemberdayaan umat melalui UMKM adalah apa yang coba dikerjakan oleh teman-teman kerja PSE yaitu para pengurus CU – Kopdit yang sekarang ini sudah ada di hampir semua Paroki di Keuskupan Bandung. Dengan mekanisme dan sistem yang sudah berjalan dan terus diperbaiki, CU-CU berusaha mendorong para anggotanya untuk lebih banyak mengambil kredit produktif dari pada kredit konsumtif. Berbagai pelatihan juga diusahakan dalam skala kecil.
Tantangan terbesar dalam pendampingan UMKM adalah daya tahan yang tidak memadai di samping jiwa wirausaha yang kurang. Ketika seseorang disorong untuk memulai suatu usaha kecil dalam bidang tertentu misalnya, yang paling sulit adalah bagaimana menumbuhkan dan membangun motivasi yang kuat. Pengetahuan dan ketrampilan usaha bisa lebih mudah dilatih, meskipun juga harus dilakukan penguatan secara terus-menerus dalam rangka pendampingan. Dalam kurun waktu lima sampai sepuluh tahun pendampingan, tingkat keberhasilannya juga masih sangat minim.
Pada zaman now sekarang ini, tantangan menjadi tambah banyak dan berat dengan kehadiran jenis-jenis usaha on line yang merajalela. Bahkan usaha-usaha besar pun sekarang dengan mudah bisa gulung tikar karena kalah dalam persaingan sehingga yang tersisa hanya pesan merah, “Tanah dan Bangunan ini telah disita”. Tidak jelas lagi pada zaman sekarang ini kalau suatu usaha bisa bertahan apakah karena faktor manajemen yang bagus, modal yang kuat, personalia yang hebat, kerja tim yang kompak, daya tahan yang melebihi rata-rata, atau faktor untung (?)
UMKM jenis apa pun akan menghadapi tantangan yang semakin berat di masa-masa mendatang baik internal maupun eksternal – yang jelas- jelas di luar jangkauan kendali bahkan pemerintahan yang kuat sekalipun – yaitu ketamakan. Usaha-usaha besar mengambil alih semua peluang usaha – bahkan yang terkecil sekalipun – di segala tempat sampai ke pelosok-pelosok dan gang-gang perkampungan.