UKM, sebuah istilah yang tidak asing lagi di kehidupan kita sehari- hari. Mungkin sebagian dari kita yang membaca ini sudah memiliki/sedang menjalankan UKM. UKM (bukan Unit Kegiatan Mahasiswa ya..) merupakan kegiatan bisnis kecil yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang. Membuat UKM pun tidak harus bermodal banyak, maka banyak orang di zaman sekarang berlomba-lomba membuat UKM di bidang yang diminati dan dibutuhkan masyarakat. Beberapa jenis UKM yang biasa kita temui di dalam hidup sehari-hari misalnya kuliner, fashion, pendidikan (bimbingan belajar), dan masih banyak lagi.
Dengan berkembangnya banyak jenis UKM, tentu tidak menjadi hal yang aneh bila persaingan antarpengusaha pasti terjadi. UKM yang sejenis harus bisa memiliki perbedaan dan keunikan dari yang lain supaya masyarakat umum tidak bosan dengan kehadirannya. Bukan itu saja, sekarang pun kita sudah mengenal adanya bisnis startup, yaitu kegiatan bisnis yang memanfaatkan kemajuan teknologi internet. Mereka melakukan kegiatan ekonomi lewat smartphone atau Personal Computer, memungkinkan untuk melakukan penjualan sampai ke tempat yang jauh.
Pertanyaannya, bagaimanakah UKM sekarang dapat bertahan dengan banyaknya persaingan antara pebisnis online dan UKM lain yang sejenis? Untuk mendapatkan gambaran tentang itu, saya melakukan wawancara terhadap 2 pelaku bisnis UKM.
Wawancara pertama dengan Natalia Sullivan, seorang mahasiswa yang menjual makanan ringan di Gereja Katedral. Ia bercerita bahwa sebelum berjualan di Katedral, ia berjualan di NHI. Sejak Desember 2018, ia memutuskan untuk pindah berjualan ke Gereja Katedral. “Selama menekuni bisnis ini, tentunya ya ngalamin banyak ‘naik dan turun’ ya…. Selain itu saya juga harus berusaha untuk mencari variasi menu makanan yang baru. Diharapkan, dengan munculnya berbagai varian makanan yang baru, saya dapat bersaing dengan beberapa penjual lain di Gereja Katedral dan mempertahankan kelangsungan bisnis saya,” itulah cerita Natalia.
Wawancara kedua dengan ibu Mulyati yang merupakan pemilik Mie Jakarta. Beliau sudah menjalankan bisnis ini sejak tahun 1992. “Saya sudah menekuni bisnis ini sekitar 27 tahun. Hal tersulit adalah ketersediaan modal untuk mengembangkan usaha. Susah juga untuk mempertahankan karyawan yang sering keluar masuk,” begitu ceritanya. “Target pasar dari Mie Jakarta adalah mahasiswa, maka yang menjadi tantangan adalah bagaimana menyediakan kebutuhan konsumen yang relatif banyak (alias dalam porsi besar, karena mahasiswa biasa suka makan banyak) dengan harga yang seminimal mungkin,” beliau meneruskan. Selain itu, beliau juga berusaha untuk mencari variasi menu makanan yang baru supaya mahasiswa tidak bosan makan di sana.
Saya pun menyimpulkan bahwa untuk menghadapi persaingan, kita harus berani mencari langkah atau terobosan yang baru demi berlangsungnya usaha. Tidak mudah memang dalam mencari inovasi baru itu, karena biasanya orang-orang mudah nyaman dengan keadaan yang sekarang dan malas untuk berubah. Tapi dengan memberanikan diri membuat inovasi, itulah yang akan membuat usaha/kegiatan kita menjadi berkembang.