Syalom aleikhem.
Ada empat Injil yang termasuk Alkitab: Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Gereja Kristen yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik (nama tenarnya: “Gereja Katolik”) sejak awal mula mengakui keempatnya sebagai bagian dari Firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab, sebab berbagai ketetapan konsili gerejawi dari abad ke abad mencantumkan keempatnya sebagai bagian dari Alkitab. Karena itu, Gereja Katolik sampai hari ini menjunjung keempatnya sebagai bagian utuh dari Kitab Suci.
Sesungguhnya, keempat Injil itu tak bernama. Artinya, para penulis suci tak mencantumkan namanya dalam baris-baris tulisannya. Tiada keterangan, misalnya, “inilah Injil Markus”. Halnya tidak seperti surat-surat yang umumnya bernama, contohnya, “(surat) dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul”. Surat-surat dalam Alkitab umumnya bernama, Injil-Injil tidak.
Lalu, dari mana orang bisa tahu Injil ini bernama Matius dan itu bernama Markus dsb? Seorang Katolik tak sulit menjawabnya. Jawabannya, kita tahu itu dari Tradisi Suci, Firman Allah yang lisan yang diteruskan oleh pengganti Para Rasul dari zaman ke zaman. Jadi, nama-nama Injil itu kita ketahui dari Tradisi. Coba saja tak ada Tradisi, Injil-Injil kita tak bakalan bernama. Catatan usil: mestinya golongan penolak Tradisi alias kaum penyokong sola scriptura tak usah pakai nama-nama Injil itu sebab itu semua tak tertera dalam Alkitab.
Markus Penginjil
Seri Alkitab akan membahas Injil Markus. Sebelum mendalami Injilnya, kita selisik penulisnya. Dialah Santo Markus Penginjil. Kata “penginjil” berarti “penulis Injil”. Maka, bisa juga ia dipanggil “Santo Markus Penulis Injil”.
Bagaimana kita bisa tahu mengenai Santo Markus dan Injil Markus yang ditulisnya? Mari memandang Tradisi sebagaimana dikisahkan oleh Santo Ireneus. Siapa dia? By the way, beginilah cara kerja ajaran Katolik, Tradisi bisa dilacak sampai ke asal-muasalnya.
Santo Ireneus, secara ringkas, itu murid Santo Polikarpus yang adalah murid Rasul Santo Yohanes. Boleh dikata, Santo Ireneus itu cucu murid Rasul Yohanes. Jadi, Santo Ireneus hidup semasa Gereja Perdana, masih mengalami Para Rasul secara langsung. Maka, kesaksian Santo Ireneus mengenai Tradisi sangat layak dipercaya.
Kembali ke Santo Markus. Ia disebut oleh Santo Ireneus sebagai “murid dan penafsir Rasul Petrus”. Sebutan itu tergurat dalam tulisan Santo Ireneus yang berjudul Adversus Hæreses (‘Melawan Ajaran Sesat’) III.1.1 (kitab III, bab 1, ayat 1) yang berbunyi: “Markus, murid dan penafsir Petrus, juga memberi kita Tradisi dalam bentuk tertulis mengenai apa yang diajarkan oleh Petrus.” Santo Ireneus mempertegasnya dalam buku yang sama III.10.5: “Markus, penafsir dan pengikut Petrus, mengawali kisah Injilnya demikian….” Amin. (Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie – Katekis Daring)