Minggu Paskah – 2 (Minggu, 28 April 2019)
BcE. Kis. 5: 12 – 16; Why. 1: 9 – 11a. 12 – 13. 17 – 19; Yoh. 20: 19 – 31
Pentingnya nilai kebersamaan dalam komunitas adalah tema renungan kita dalam bacaan-bacaan Kitab Suci pada Minggu Paskah ke-2 ini. Dalam bacaan pertama (Kis. 5: 12 – 16), kesadaran tentang nilai kebersamaan itu ternyata
dihidupi oleh jemaat Kristen perdana. Di sana dikisahkan bahwa para rasul mengadakan berbagai tanda/mukjizat di antara orang banyak. Mereka pun selalu berkumpul di depan serambi Salomo dalam “persekutuan yang erat” bersama dengan semua orang yang percaya. “Persekutuan yang erat” di sini tidak berarti hanya sekedar berkumpul, tapi lebih dari itu mereka berdoa dan mengucap syukur (perayaan ekaristi).
Dalam bacaan Injil (Yoh. 20: 19 – 31), diceritakan bahwa Yesus menampakkan diri kepada para rasul yang sedang berkumpul di dalam sebuah rumah. Yang menarik dari kisah itu, bukanlah soal penampakan Yesus yang cukup mengejutkan para rasul, tetapi lagi-lagi unsur kebersamaan yang dihayati oleh jemaat perdana. Dalam situasi sedih/berduka karena ditinggal oleh Sang Guru, mereka tetap hidup dalam kebersamaan. Mereka tetap sehati sejiwa, serta saling mendukung satu dengan yang lain. Kebersamaan itu berdampak pada iman yang terus bertumbuh dan berkembang.
Bagaimana dengan kita jemaat kristiani dewasa ini? Masihkah kita merasa penting untuk hidup bersama dalam komunitas? Masihkah kita mau menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama saudara dan saudari kita sekomunitas untuk sekedar ber-sharing pengalaman, berdoa, dsb? Jika itu tidak pernah kita lakukan, maka itu pertanda hidup Gereja sudah berada di ambang batas kehancuran. Selamat merenungkan.