To Learn = To Change

Kita sering bertanya apakah manusia itu bisa berhenti belajar? Ataukah tidak ada batasan bagi manusia untuk belajar? Cukupkah gelar akademik seperti S1 (sarjana), S2 (magister), s3 (Doktor)? Apakah yang dimaksud dengan belajar? Proses pembelajaran? Mari kita dalami bersama makna belajar! Belajar adalah bukan hanya demi sebuah usaha mencari status melainkan lebih dari itu yaitu seluruh daya upaya manusiawi untuk memahami dirinya (antropos), dunia/alam (Kosmos) dan Allah (Teos)?

Perubahan Holistik

Dapat kita refleksikan bersama, bahwa belajar adalah sebuah ‘kegiatan yang memacu hidup seorang manusia untuk memacu terjadinya “perubahan” (Change)’. Perubahan itu terjadi dalam pikiran (head), perasaan dan hati (heart), tetapi juga daya roh untuk bertindak dan berkehendak baik. Dalam aktivitas belajar itu manusia mendengar, mengamati, melakukan sesuatu, berdiskusi, memahami, dan memecahkan kasus/persoalan dalam hidupnya. Selanjutnya dampak perubahan itu diharapkan melahirkan suatu proses positif dalam tindakan, selain itu mampu meningkatkan kualitas relasi manusiawi, meningkatkan kemampuan berkomunikasi satu dengan yang lainnya, dan kemudian disempurnakan dalam karya-karya yang mampu berbuah baik untuk kepentingan bersama yang diwarni oleh nilai moral dan etika yang baik.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, baik itu pembelajaran kita di sekolah secara formal maupun informal, sering hanya menekankan perubahan kognitif saja padahal ada begitu banyak aspek yang mau diubah agar manusia itu dapat bertumbuh secara utuh mulai dari afektif, Roh, dan juga nilai hidup dan keutamaan Kristiani (Values and Virtues). Kita bisa membandingkan dalam Alkitab yang disebutkan bahwa perubahan hidup manusia itu luas mencakup: aspek hati, roh, suara hati, pikiran, perasaan, dan jasmani. Dalam Injil Markus 12: 29-30, Kristus sendiri menyatakan bahwa setiap orang harus mengasihi (menaati dan menghormati) Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan pikiran. Rasul Paulus pun memberikan salam dan doa bagi jemaat perdana supaya Roh, jiwa, dan tubuh mereka dipelihara oleh Allah (1 Tes. 5:23).

Sensitif Terhadap Nilai dan Keutamaan

Kita semua hidup dibentuk dalam proses tradisi yang membentuk kita dan dirawat dalam suatu dinamika budaya tertentu. Cara pandang dunia (worldview) seseorang itu sangat dipengaruhi oleh cara pandang dia terhadap dunia berkaitan dengan cara memahami alam semesta, realitas di dalamnya. Seorang pakar misiologi Kristen, David Hesselgrave dalam buku : Communicating Christ Cross-Culturally (Baker, 1983), memberikan pendapatnya tentang pentingnya memahami kultur hidup seseorang agar bisa memahami Kristus dengan baik.

Menurut Hesselgrave, proses belajar di dunia barat lebih cenderung dimulai dari pemahaman, pengertian, pengetahuan (kognitif), baru kemudian ke aplikasi (penerapan), barulah ke pengalaman pribadi (personal experience). Di sana seorang akan lebih cenderung mengetahui dan memaknai dahulu baru mengalaminya. Maka pengetahuan itu dianggap paling sahih sejauh itu obyektif dan sesuai nalar kognitif.

Kita di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat berbudaya Asia yang kental dengan budaya India dan Cina. Kedua arus budaya ini sangat kental. Di India, orang lebih mengembangkan penalarannya atau memaknai sesuatu berdasarkan dari pengalaman pribadi (personal experience), kemudian ke relasi konkret atau bukti-bukti nyata, selanjutnya baru ke pembentukan pemahaman kognitif. Pengalaman pribadi dan kisah supranatural (mistis) dipandang utama oleh kebanyakan orang di sana. Di Cina, orang lebih mengutamakan relasi konkret dan bukti nyata, kemudian ke pengalaman pribadi dan akhirnya ke pemikiran kognitif. Artinya, seperti keberhasilan ekonomi dan finansial serta kekayaan/keberhasilan menjadi lebih utama daripada kebenaran dan pengetahuan konseptual.

Dari pengalaman sehari-hari marilah kita bersama semakin memahami hakikat kemanusiaan kita sambil kita tidak melupakan hakikat keIlahian kita! Sebab kita diciptakan baik adanya bahkan mulia adanya dalam Roh dan Kebenaran. Maka kita pun belajar bersama untuk berubah menjadi lebih baik dalam tatanan nilai dan keutamaan Kristiani.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.