Minggu Paskah ke-7 (Minggu, 2 Juni 2019)
BcE. Kis. 7: 55-60; Mzm. 97: 1. 2b. 6. 7c. 9; Why. 22: 12-14. 16-17. 20; Yoh. 17: 20-26
Salah satu kekhasan Gereja Katolik adalah sifat ke-SATU-annya. Sifat ke- SATU-an Gereja itu tampak dalam 3 hal berikut: kesatuan dalam hierarki/pimpinan Gereja, kesatuan iman, dan kesatuan dalam kehidupan serta kebaktian sakramental. Mengenai sifat ke-SATU-an Gereja itu, bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengangkat kembali agar kita renungkan.
Dalam bacaan pertama (Kis. 7: 55-60), sifat ke-SATU-an itu ditampakkan oleh Stefanus, Sang Martir pertama dalam Gereja. Ketika ia dihukum rajam dan hampir menemui ajalnya, Stefanus berseru dengan suara nyaring, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” . Ungkapan sederhana Stefanus itu mau menegaskan ia mengimani bahwa kematian yang dialaminya akan mengantarnya kepada persatuan dengan Allah, Sang Penciptanya.
Dalam bacaan Injil (Yoh. 17: 20-26), sifat ke-SATU-an itu ditampakkan lagi oleh Yesus dalam doa-Nya kepada Bapa di Sorga. Di dalam doa-Nya, Yesus memohon agar sebagaimana Ia dan Bapa-Nya adalah SATU, maka semoga Gereja Umat Allah pun dapat bersatu bersama dengan Dia juga. Tujuannya jelas agar Gereja-Nya memperoleh keselamatan.
Pertanyaan untuk kita renungkan: Jika Tuhan Yesus saja menghendaki kita umat-Nya bersatu dengan Dia, bagaimana dengan kita? Adakah upaya-upaya yang sudah kita lakukan agar tetap memelihara persatuan dan kesatuan kita dengan Yesus,Sang Juru Selamat kita? Selamat merenungkan!