Semenjak kejadian satu bulan yang lalu, Melanie merasa menjadi semakin ‘pulih’ dari hari ke hari. Kini ia tidak pernah absen untuk datang ke Gereja setiap minggu. Bahkan ia tidak pernah lupa semua hal yang pernah dikatakan Aldy sejak awal tahun ini. Semenjak kedekatannya dengan penciptanya dirajut kembali, Melanie tidak pernah lagi merasa takut. Dia selalu percaya bahwa semua yang terjadi adalah baik adanya.
Melanie bukan lagi seorang gadis kaku yang merasa dijauhi karena kehilangan arah dan sandaran untuk mengadu. Bukan lagi gadis yang kecewa dan menyimpan dendam. Sama halnya dengan Nayla. Walau belum seperti Melanie, namun perlahan ia dapat menerima apa yang terjadi di dalam hidupnya. Mengambil setiap hikmah dari setiap kejadian yang diberikan Tuhan kepadanya.
Melanie telah berubah menjadi Melanie yang baru. Menjadi Melanie yang menyadari bahwa Tuhan-lah yang memegang kendali di hidupnya. Sejak saat itu, Melanie selalu mengajak teman-teman seimannya
untuk pergi ke gereja bersama setiap minggu. Awalnya memang Melanie mendapatkan banyak kritikan dan cemoohan pedas dari teman-temannya. Namun hal tersebut perlahan memudar seiring dengan berjalannya waktu.
Perlahan tapi pasti, orang-orang di sekitar Melanie semakin percaya bahwa ia benar-benar ingin berubah. Termasuk ayahnya. Hari Minggu ke-2 di bulan Juli, Melanie mengajak Aldy dan beberapa temannya untuk pergi ke gereja bersama di sore hari untuk mengikuti misa.
Melihat Melanie yang berubah drastis, ada rasa kepuasan tersendiri bagi Aldy. Dirinya bahagia, karena Melanie telah berhasil menemukan jalan pulangnya. Ketika Melanie masih sibuk berbincang dengan teman-temannya di dalam sebuah kedai minuman, Aldy mulai melontarkan sebuah kalimat pembuka pembicaraan di antara mereka.
“Mel?”
“Iyah? Ada apa, Dy?” tanya Melanie antusias dengan binar di kedua bola matanya.
“Bagaimana kabar kamu?”
Melanie mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Aldy yang menurutnya sedikit aneh.
“Hah? Aku baik-baik aja kok, Dy. Memangnya ada apa?” tanya Melanie bingung. Aldy tersenyum diikuti sebuah anggukkan pelan lalu melanjutkan kalimatnya, “Bagus deh kalau gitu. Aku jadi ingat sekitar setengah tahun yang lalu, kamu adalah Melanie yang pernah bilang kalau kamu merasa asing dengan orang yang hidup seperti aku. Tapi sekarang aku bisa lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu adalah Melanie yang lain. Melanie yang tahu kemana arahnya pulang,” tutur Aldy menjelaskan.
Melanie tersenyum untuk beberapa saat sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya, “Ini semua berkat kamu juga, Dy. Kalau bukan kamu yang percaya aku bisa berubah, aku gak mungkin pernah berubah. Makasih banyak ya, Dy.”
Anggukan kepala Aldy mengakhiri perbincangan diantara keduanya. Beberapa saat kemudian, Melanie, Aldy, dan beberapa temannya beranjak dari kedai minuman untuk pergi ke gereja dan mengikuti misa sore bersama-sama.
“Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-Nya sendirian. Ketika ada seratus ekor domba, kemudian Ia kehilangan satu domba-Nya, maka Ia akan mencari domba itu dan meninggalkan sembilan puluh sembilan domba yang lain. Berkumpullah di dalam nama- Nya dan di situlah Ia hadir untuk mendengarkan tiap-tiap hati yang menjerit menyerukan nama-Nya.”Bersambung…