Untitled-1-17Bayangkan suatu ketika Anda memasuki dunia yang lain dari dunia kita di Indonesia yang beriklim tropis dan dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan hijau nan subur. Anda memasuki sebuah padang gurun nan gersang yang panas terik tanpa pepohonan rindang. Tahun 2015, saya membimbing ziarah ke Tanah Suci. Rute perjalanan diawali melalui Benua Afrika yang paling utara dan berbatasan dengan Benua Asia. Mesir! Ya, betapa kagetnya ketika saya menginjakkan kaki di kota Mesir itu, tanah kapur dan juga panas terik yang menyengat. Semakin terasa lagi ketika melakukan perjalanan menuju Gunung Sinai. Hamparan batu-batu dan padang gurun sejauh mata memandang. Kering dan seperti tanpa harapan ketika manusia harus melewati perjalanan panjang melalui gurun pasir. Tanpa harapan dan kematian yang terbayang dalam benak semua orang yang melewati ini.

Saya semakin yakin ketika memandang keadaan padang gurun dari tanah Mesir menuju wilayah Israel atau Tanah Terjanji yang dituliskan di Kitab Suci. Semua hampir terdiri dari padang pasir. Bayangkan, Musa harus menjalani perziarahan tanpa batas itu selama 40 tahun dalam kekuatiran akan bahaya kematian, kelaparan, dan kehausan.

Kalau kita melihat dari Kitab Keluaran mulai dari Bab 15 sampai dengan Bab 40 (15:22 – 40:38), kita akan melihat bagaimana Allah memberikan bukti nyata penyelamatan-Nya dalam air di Mara (Kel. 15: 22-27). Ketika umat terpilih dalam kelaparan, Allah memberikan Roti Mana. Selain itu Allah juga menampakkan diri dalam api dan awan yang tebal di atas Gunung Sinai lalu memberikan kesepuluh perintah-Nya, sebagai ikatan perjanjian Allah dan manusia. Allah memberikan tawaran keselamatan setelah manusia dijauhkan dari segala kekeringan, kelaparan, kehausan, dan juga padang gurun yang mematikan. Mereka ke tanah terjanji yang dipenuhi dengan susu dan madu, berlimpah air dan tumbuhan sayuran.

Laudato Si

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2012, Indonesia menempati posisi ke-7 sebagai negara paling tercemar. Indonesia juga didaulat menempati urutan kedua sebagai negara dengan polusi plastik terbanyak setelah Tiongkok. Kualitas lingkungan alam kita mengalami penurunan, karena manusia mengejar kuantitas pertumbuhan dan pembangunan material. Maka, sering kali manusia tidak lagi peduli terhadap kualitas ekologi dunia: “Rumah Induk” kita ini. Kualitas ekologis dan juga kenyamanan dunia kita semakin menurun ditandai dengan adanya fenomena “global warming”, semua diakibatkan keserakahan manusia yang tidak peka dan berani untuk mengontrol dirinya untuk menguasai dan mengekploitasi alam secara berlebihan.

Tidak salah ketika, Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik “Laudato Si: On Care for Our Common Home,” merupakan ensiklik kedua yang dikeluarkan Paus Fransiskus. Judul Ensiklik ini memiliki arti Terpujilah Engkau (Tuhan): Memelihara rumah kita bersama. ‘Laudato Si’ menjadi tanggapan resmi Gereja atas kondisi ibu bumi yang semakin memprihatinkan. Sebagai Gereja kita diminta untuk semakin peka terhadap alam sekitar kita agar bisa memelihara bumi kita bersama ini sebagai rumah yang nyaman dan bertahan lama untuk kita tinggali.

Gereja: Ijo Royo-Royo


Pengalaman saya berpastoral di Paroki Santo Martinus membuat saya tidak cemas akan keprihatinan ekologis. Seketika memasuki kompleks Gereja Santo Martinus di Lanud Sulaiman, kita sudah disambut dengan pepohonan yang rindang dan sawah lapang yang luas. Semua gambaran ini semakin diteguhkan ketika salah seorang umat mengirimkan saya foto angkasa dari drone di kompleks Gereja. Dari kejauhan suasana Ijo Royo-Royo makin tampak. Hijau asri dan penuh nuansa kehidupan. Anda tidak percaya? Datanglah dalam misa harian pagi hari jam 06.00. Anda akan merasakan begitu asrinya Gereja kita. Dingin yang segar, kicau burung liar di pohon beringin dan juga pepohonan di sekitar kompleks gereja. Semakin lengkap dengan areal pesawahan di sekeliling Gereja.

Marilah kita jaga kebersihan dan juga keasrian Gereja kita ini. Selain itu juga mari kita miliki hati yang peka terhadap lingkungan di sekitar rumah kita. Bila ada lahan secukupnya marilah kita menanam pohon dan merawat juga dengan baik demi keasrian rumah kita masing-masing. Sebagai bukti iman kita pada Kristus untuk merawat Rumah Induk kita bersama yang bernama bumi ini. Tuhan memberkati.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.