Siaran pers Kementrian Kesehatan Singapura, 9 Mei 2019, mengatakan bahwa telah terjadi kasus Monkeypox (MPX) pertama di Singapura. Seorang warga negara Nigeria – salah satu negara endemis MPX – yang sedang berkunjung ke Singapura, dinyatakan positif terinfeksi MPX.
MPX/cacar monyet merupakan penyakit zoonosis (penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia). Gejala awalnya mirip dengan gejala cacar air (timbul bintil berair). Bintil ini akan berubah bentuk menjadi bintil bernanah serta menimbulkan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Penularan dari hewan (yang terinfeksi) ke manusia bisa terjadi melalui: 1) gigitan/cakaran; 2) kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi di kulit maupun di selaput lendir; 3) makan daging hewan yang tidak dimasak dengan baik.
Sumber utama penyakit ini adalah HEWAN PENGERAT dan PRIMATA seperti tikus, tupai, dan monyet.
PENULARAN antar MANUSIA dimungkinkan, namun SANGAT TERBATAS dan memerlukan kontak yang lama; melalui pernafasan, percikan ludah, lesi pada kulit, atau melalui benda yang terkontaminasi, misal pakaian penderita.
Masa inkubasi penyakit ini antara 5 – 21 hari, dengan gejala: demam, sakit kepala hebat, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, badan terasa lemas, muncul ruam di wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam yang muncul akan berkembang dari bintil berisi cairan hingga berisi nanah, lalu pecah dan berkerak, menyebabkan borok di permukaan kulit, bertahan 2-4 minggu.
Segera periksakan diri ke dokter bila: terdapat bintil berair yang berubah menjadi bintil bernanah; habis berlibur dari daerah yang terjangkit penyakit ini (mis Singapura); terdapat kontak dengan monyet atau tupai.
Kemunculan ruam saja belum tentu menandakan cacar monyet. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu test darah, test usap tenggorokan, ataupun biopsi kulit (pengambilan jaringan kulit untuk diperiksa di bawah mikroskop).
Hingga saat ini belum ada terapi yang spesifik untuk menangani cacar monyet ini. Pengobatan yang diberikan bersifat simptomatis a.l. pemberian parasetamol untuk meredakan demam dan sakit kepala. Pasien diminta untuk beristirahat guna mempercepat proses penyembuhan. Dianjurkan juga untuk mengkonsumsi makanan bergizi tinggi untuk melawan infeksi yang terjadi.
Penyakit ini dapat menular dari 1 orang ke orang lain, walaupun sangat terbatas, satu dari 10 penderitanya beresiko meninggal dunia. Maka penderita perlu dirawat di ruang isolasi. Cacar monyet dapat sembuh dengan sendirinya dengan perlawanan dari sistem kekebalan tubuh penderita. Walaupun memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, namun tetap dapat menimbulkan resiko komplikasi berupa dehidrasi, infeksi bakteri, maupun infeksi paru-paru.
Pencegahan utama adalah dengan menghindari kontak langsung dengan hewan primata dan pengerat atau orang-orang yang sedang terinfeksi. Untuk mencegah penularan dapat diberikan vaksinasi variola, terutama bagi petugas medis yang merawat pasien, selain petugas perlu mengenakan alat pelindung diri saat merawat penderita.
Adapun variola atau cacar bopeng sendiri adalah penyakit yang telah hilang sejak tahun 1980. Walaupun berbeda dengan cacar monyet, namun vaksinasi variola terbukti cukup efektif dalam mencegah cacar monyet. Mengingat penyakit sudah tidak ada lagi sejak tahun 1980, maka vaksin ini juga terdapat dalam jumlah terbatas. Oleh karena itu bisa juga digunakan vaksin varicella (cacar air) dengan proteksi kira- kira 80%.