Diskresi Zaman Digital
Akhir-akhirnya ini banyak pembicaraan dan tulisan tentang diskresi digital, khususnya di tengah-tengah orang muda. Seorang Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Sony Christian Sudarsono menuliskan dalam majalah ‘ROHANI’, bahwa berlimpahnya informasi pada era digital ini menuntut kita untuk cakap berdiskresi dalam berliterasi dengan membedakan mana kebenaran dan kebohongan. Kita dituntut membedakan mana informasi yang membawa manfaat dan mudarat. Rm. Mutiara Andalas, SJ juga menulis tentang “Diskresi Generasi Z”. Rm. Mutiara menegaskan seni berdiskresi semakin menjadi kebutuhan di tengah dunia yang memiliki karakteristik beragam, samar, semrawut, dan ambivalen.
Apa sebenarnya arti dan makna diskresi? Rm. Leo Agung Sardi, SJ dalam tulisannya. “Diskresi dalam Perkembangan Teknologi” menuliskan bahwa “Diskresi”, seperti tertulis dalam “Pedoman Pembedaan Roh I” dari St. Ignatius Loyola (Latihan Rohani 313-327) sebentuk latihan rohani yang di dalamnya seorang beriman menyadari (sentir) gerakan-gerakan batinnya (Las mociones) untuk selanjutnya mengenal (conocer) ke arah mana gerakan-gerakan batin tersebut membawa : menuju Allah atau menjauh dari Allah, dan dengan demikian bisa memilih bimbingan dan kehendak Allah serta meneguhkan pilihan keputusan tersebut dalam rahmat Tuhan dengan menjalankan. Dalam praktiknya, berdiskresi berarti melihat sesuatu secara sungguh-sungguh sehingga dapat mengenali dan membedakan roh-roh yang baik dari yang buruk.
Diskresi menjadi penting dalam pertumbuhan dunia digital saat ini. Diskresi menghindarkan dari kedangkalan informasi. Kita mampu membedakan informasi yang benar dan baik dengan informasi yang salah dan penuh kebohongan/hoaks. Diskresi memampukan kedalaman dalam melihat dan memutuskan. Lebih dalam lagi, diskresi membantu kita menjawab, sejauh mana aku bertumbuh menuju kepenuhan hidup lewat aktivitas di dunia digital? Apakah aku merasa semakin sejahtera, terutama secara rohani? Atau sebaliknya justru hidupku makin kering dan kerdil? Apakah relasiku dengan Allah, sesama, diri sendiri dan alam semesta semakin mendalam dalam aktivitasku di dunia digital? Diskresi membawa kita kepada kecakapan untuk membaca, menyadari, manafsirkan keadaan hidup kita Paus Fransiskus dalam kesempatan World Youth Day di Polandia 2016, menegaskan bahwa perlunya Gereja masa kini tumbuh dalam kemampuan diskresi rohaninya. Paus melihat bahwa perkembangan teknologi terutama media massa dan dunia digital, menunjukkan dua kemungkinan pengaruhnya, yaitu sebagai sarana pengembangan budaya baru bagi umat manusia atau penyebab pemerosotan kualitas hidup manusia. Akhirnya proses diskresi membutuhkan kekuatan jiwa yang hanya ada dan terbangun dalam keheningan ditengah kesibukan aktivitas digital kita.