Siapa yang tidak kenal Mahatma K.Gandhi? Beliau adalah tokoh dunia, bapak kemerdekaan bangsa India dari penjajahan Inggris. India adalah negara dengan penduduk terbesar ke- 2 di dunia yang merdeka pada 15-8-1947. Filosofi yang mendasari gerakannya seperti ahimsa (anti kekerasan) dipengaruhi oleh Baghavad Gita (berisi syair-syair/ nasehat dalam kisah Mahabharata) dan Injil.
Injil ? Ya betul! Perjanjian Lama dan Baru dibacanya, dan bagian yang sangat berkesan dan paling disukainya serta memberikan inspirasi kepadanya adalah khotbah Yesus di bukit. Gandhi dari kasta tertinggi di India biasa diperlakukan sederajat dengan bangsa Inggris, namun tidak demikian di Afrika Selatan. Setelah sekolah hukum di Inggris, ia kembali ke India pada 1891 dan menjadi advokat. Pada 1893 Gandhi pergi ke Afrika Selatan untuk menyelesaikan perkara lama dari suatu perkumpulan dagang bangsa India. Pada suatu hari minggu ia ingin masuk mengikuti kebaktian di sebuah gereja (dari salah satu sumber dikatakan bahwa waktu kecil Gandhi ingin dibaptis dan menjadi Kristen). Di pintu- pintu gereja di Afrika Selatan tergantung papan dengan tulisan : Terlarang untuk bangsa Asia dan Afrika! Seorang penerima tamu menghalanginya dan berkata, ”Mau ke mana kamu orang kafir?”. Gandhi menjawab ,”Saya ingin mengikuti ibadah di sini.” Penatua gereja membentaknya, “Tidak ada ruang untuk orang kafir di gereja ini!” lalu mengusir Gandhi. Di kemudian hari misionaris E. Stanley Jones bertanya kepada Gandhi, “Sekalipun anda sering mengutip kata-kata Kristus, mengapa anda terlihat keras menolak untuk menjadi pengikutnya ?” Gandhi menjawab “Saya tidak pernah menolak Kristus anda tetapi saya tidak suka orang kristen anda. Jika orang kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus seperti dalam alkitab, seluruh India sudah menjadi kristen hari ini.” Dan kepada misionaris yang lain Gandhi berkata ,”Injil itu lebih kuat kuasanya saat dijalankan/ dipraktekkan ketimbang hanya dikhotbahkan semata.”
Hidup kita bagaikan lukisan, musik, karya seni indah yang berpotensi mempengaruhi banyak orang dan kelak memainkan peran dalam liturgi yang memuliakan Allah. Firman dan Roh-Nya akan membentuk kita kepada kualitas hidup demikian. Ialah Yesus Kristus sang Pemimpin hidup sejati dan Injil-Nya yang berkuasa mengubah hidup, sang Hidup itu sendiri yang dapat menuntun kita masuk ke tanah perjanjian kekal. Semua yang Ia sampaikan tentang kepemilikan Allah atas hidup kita di dalam Injil-Nya bukanlah teori, sebab Allah sungguh hidup di dalamnya. Tidak inginkah kita juga menjadi manifestasi kebenaran dan kemuliaan- Nya dalam tiap goresan hidup kita hari lepas hari? Marilah kita semakin rajin menghayati Kitab Suci yang menghasilkan sebuah lukisan indah Kabar Gembira bagi sesama umat manusia, supaya melalui hidup kita semakin banyak orang menemukan Allah.