Hari Minggu Biasa ke-26 (Minggu, 26 September 2019)
BcE Am 6:1a.4-7; 1Tim 6:11-16; Luk 16:19-31
Dalam bacaan pertama, nabi Amos mengingatkan akibat yang akan dialami oleh orang- orang yang hidupnya hanya menikati kenyamanan dan kebahagiaan sendiri, tanpa ada rasa peduli terhadap situasi dan kehidupan masyarakat yang sedang mengalami kehancuran dan penderitaan. Akibatnya yaitu bahwa mereka akan menjadi orang buangan yang banyak menanggung penderitaan (bdk 6:1a.4-7). Demikian juga dalam bacaan Injil dikisahkan akibat yang dialami oleh orang kaya raya yang tak punya hati terhadap penderitaan orang yang miskin, yaitu penderitaan dan kesakitan yang amat sangat (bdk. Luk16:19-24).
Penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan nabi Amos dan orang kaya raya yang dikisahkan dalam Injil Lukas, bukan pertama-tama disebabkan oleh kekayaan yang mereka miliki dan juga bukan disebabkan oleh kebahagiaan yang mereka nikmati. Penderitaan yang mereka alami disebabkan oleh ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan yang sedang terjadi dalam masyarakat, dan terhadap orang-orang yang miskin dan sengsara. Oleh karena itu sabda Tuhan yang diwartakan pada hari Minggu ini, tidak dimaksudkan untuk mengajak kita supaya menjadi orang miskin, tanpa memiliki harta benda, juga bukan untuk melarang kita hidup bahagia. Pesan yang mau disampaikan kepada kita adalah kalau kita ingin menimati kebahagiaan yang sejati, kita diajak untuk menjadi pribadi-pribadi yang peka, peduli, setia kawan dan belarasa terhadap orang-orang yang miskin, menderita, yang hidupnya kurang beruntung.
Dalam hal ini kita bisa belajar dan sekaligus memakai surat Santo Paulus yang ditujukan kepada Timotius: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam perandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipangil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi (1 Tim 6:11-12).