Memahami dan Menikmati Kidung Agung 8:1-14

Teks ini cukup panjang (14 ayat). Kita membaginya dalam beberapa bagian: 1-4, 5-7, 8-10, 11-14. Mari kita lihat isi masing-masing bagian tersebut. Dalam ayat 1-4 kita temukan lanjutan lagu asmara si mempelai perempuan yang dirundung kasih dan rindu akan kekasih prianya. Ia ingin mencium kekasihnya dan dengan itu berharap bakal mendapat perlindungan agar tidak mendapat perlakuan hina dari orang di sekitarnya (ay 1). Ayat dua mementaskan “permainan” menarik, yaitu keduanya saling membimbing: si mempelai wanita membimbing kekasih ke dalam rumah ibunya, dan setibanya di sana, tiba giliran mempelai laki-laki mengajari mempelai perempuan (ay 2). Di dalam rumah ia akan menghidangkan hidangan terbaik untuk kekasih. Mereka akan berada dalam relasi kedekatan intim penuh kemesraan (itulah arti kata-kata di awal ayat 3 itu). Lalu bagian ini ditutup dengan refrain ulangan yang sudah kita baca sebelumnya (bdk., 2:7; 3:5). Sekarang kita lihat isi bagian kedua, ay 5-7. Bagian ini dimulai dengan pertanyaan retoris yang mengandung rasa kagum saat melihat hubungan mesra antara sang kekasih dan kekasihnya. Dalam situasi seperti itu, ia atau lebih tepat mereka merasa seperti kembali ke suasana hening, nyaman, dan aman, dalam samudera Rahim ibu. Dalam psikologi sering dikenal dengan istilah pengalaman samudera, pengalaman merasa nyaman-aman karena seperti kembali ke dalam kenyamanan rachim ibu yang penuh kasih (ay 5). Tergerak oleh rasa aman dan nyaman itu, keluarlah permohonan agar hubungan mereka semakin dibangun lebih erat lagi, seerat, selengket seperti meterai, lengket pada hati, pada lengan (pelukan). Percikan permohonan ini keluar dari keyakinan dan pengalaman bahwa cinta itu kuat seperti maut dan kegairahan itu gigih seperti dunia orang mati (ay 6). Artinya, apa yang diinginkan cinta, tidak bisa tidak terjadi. Harus terjadi, seperti maut, ya pasti terjadi. Sedemikian kuatnya cinta dan kegairahan itu sehingga diibaratkan seperti api yang tidak bisa dipadamkan oleh air (ay 7). Cinta itu sangat berharga sehingga tidak bisa diukur, dinilai dengan harta ataupun uang (ay 7b).

Penggal dalam ayat 8-10 tidak mudah untuk dipahami dan ditafsirkan. Tetapi setelah saya mencoba menembus kabut hermeneutik ini, akhirnya saya mencoba memahami penggal ini dengan bertolak dari ayat 10b. Ayat 10b mengungkapkan relasi antara mempelai perempuan dan adiknya yang perempuan dan belum akil balik (ay 8a, belum punya buah dada). Rupanya si adik perempuan ini sangat kagum dan terpesona melihat perkembangan dan perjalanan cinta sang kakak sehingga ia memandang dengan kagum pada kakaknya yang ia anggap sangat berbahagia, bahkan model kebahagiaan itu sendiri: “Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan” (ay 10b). Nah, karena si adik ini masih kecil, maka ia harus diberi perlindungan. Perlindungan itulah yang diungkapkan dalam ayat 9: “Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya; bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras” (ay 9).

Dalam penggal ketiga kita bertemu dengan tokoh agung, raja Salomo. Tidak mudah untuk menafsirkan dan memahami ayat ini, 11-12. Tetapi intinya, mempelai perempuan membuat sebuah perbandingan antara kebun anggur milik Salomo dan kebun anggur miliknya. Ia sudah merasa cukup dan bahagia dengan kebun anggur miliknya sendiri, tanpa harus ada Salomo atau digabungkan dengan kebun anggur Salomo. Melainkan ia merasa berbahagia bila tetap berdiri sendiri. Mungkin yang dimaksud ialah rasa bangga akan apa yang secara nyata dimiliki sekarang dan di sini, walaupun itu bukan dari Raja ataupun bersama Raja. Kebahagiaan tidak tergantung pada Raja, juga tidak tergantung karena ada dekat raja. Kebahagiaan adalah perkara disposisi hati. Itu saja. Ia mengalir dari dalam.

Teks ini ditutup dengan ajakan agar semua teman tidak lagi berdiam diri, melainkan mulai memperdengarkan suara, dalam lagu atau nyanyian bersama (ay 13). Kiranya nyanyian yang dimaksudkan di sini ialah nyanyian pengambutan datangnya sang mempelai pria. Ia ingin agar si Kekasih itu datang segera, ia sudah tidak tahan lagi menahan gejolak rindu. Ia mengharapkan agar sang kekasih datang cepat-cepat secepat loncatan kijang atau anak rusa yang sedang berlari-lari kencang “di atas gunung-gunung tanam rempah-rempah.” (ay 14). Ini adalah ungkapan lain dari gejolak rasa rindu yang dalam salah satu mazmur diungkapkan dengan indah karena memakai metafora rusa yang haus: Laksana rusa yang rindu akan air, demikianlah jiwaku rindu akan Allah.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.