Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis (Mazmur 7:19)
Ini adalah seruan dan mungkin teriakan”halus” dari kamu lanjut usia namun kadang sayup-sayup tak terdengar di telingan kita. Mereka yang telah memberikan diri sepenuhnya untuk anak, cucu dan keturunannya kini kadang merasa ditelantarkan. Mereka takut dilupakan dan diabaikan.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seseorang untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stresfisiologisnya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Selain pengertian lansia secara umum diatas, terdapat juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli. Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
Selain pengertian tadi, ada juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli. Berikit beberapa pengertian lansia menurut beberapa ahli:
- Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu:young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
- Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
- Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
- Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74 tahun.
- Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.
Menjadi Tua dan Layak Bahagia
Beberapa tahun yang lalu saya pernah diberi kesempatan untuk merasakan hidup beberapa bulan di Filipina. Salah satu pembicaraan di sana adalah betapa banyaknya para pensiunan tentara Amerika dan kaum lanjut usia di Negara USA (Amerika) memilih hidup dan menghabiskan masa tuanya di Filipina. Tagline di Mall dan pusat perbelanjaan : “Philipina, Heaven for elders, senior citizens or those aged 60 years old.”
Salah satu pembimbing saya di sana, sungguh merasakan nyata hal itu. Semua tiket transportasi, restoran, hotel, dll diberikan diskon 20% bagi kaum lansia. Tempat-tempat di angkutan public dan semua tempat memberi prioritas bagi kaum lansia. Bagaimana di Indonesia? Apakah kita sudah memberi prioritas dan penghargaan yang pantas bagi mereka yang telah hidup lebih lama dan mungkin lebih berjasa untuk kita, masyarakat dan bangsa kita?
Kaum lansia ini mereka layak untuk hidup bahagia, bukan sekedar dari banyaknya previlese yang mereka terima mulai dari segala diskon atau prioritas yang mereka terima, tetapi sikap dan penghargaan kita terhadap mereka yang terpenting.
Gereja dan Perhatian bagi Mereka
Sama seperti Allah meminta kita untuk menjadi Alat-Nya untuk mendengarkan jeritan kaum miskin dan terlantar, demikian pula Ia mengharapkan kita mendengarkan jeritan kaum lanjut usia tersebut. Mereka bukan bayang-bayang yang jauh di sana, mereka adalah keluarga terdekat kita sendiri. Kakek-nenek (popoh-kukung), orang tua, tetangga dan bahkan teman-teman kita semua. Hal ini menantang keluarga dan komunitas, karena “Gereja tidak dapat dan tidak mau menuruti mentalitas tidak sabar, apalagi ketidakpedulian dan penghinaan, terhadap kaum lanjut usia. Kita harus membangkitkan kembali kesadaran kolektif rasa syukur, penghargaan, keramah-tamahan, yang membuat kaum lanjut usia merasa menjadi bagian komunitasnya”. Kaum lanjut usia adalah laki-laki dan perempuan, bapak dan ibu, yang telah hadir sebelum kita di jalan kita sendiri, di dalam rumah kita, di dalam perjuangan sehari-hari untuk hidup yang bermartabat. Maka, Paus Fransiskus menyebutkan; “Betapa saya menghendaki sebuah Gereja yang menantang budaya membuang dengan sukacita yang meluap dari pelukan baru antara orang muda dan orang tua!”
Dalam Amoris Laetitia (2016), Seruan Apostolik tentang Sukacita Kasih dalam Keluarga juga diungkapkan poin-poin penting tentang Kaum Lanjut Usia (191- 193). Kita diminta untuk membuang budaya “membuang” kaum lanjut usia karena keterbatasan mereka, tetapi tetap memperhatikan mereka karena kita memiliki “hutang” generasi dan inisiasi. Mereka menjadi penghubung dan “kesinambungan generasi” dari sejarah hidup yang kita jalani saat ini (sejarah kolektif). Bangsa besar dan manusia beriman akan selalu ingat akar masa lalu dan juga sejarah bangsanya. Maka kita diminta sungguh-sungguh menghargai mereka.